Banjarmasin Darurat Sampah Lebaran: Pemkot Perkuat Penanganan, Dorong Pemanfaatan Sampah
Pemerintah Kota Banjarmasin meningkatkan penanganan darurat sampah pasca libur Lebaran Idul Fitri 2025, dengan fokus pada peningkatan kapasitas pengolahan dan pemanfaatan sampah serta peran aktif masyarakat.

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menghadapi peningkatan volume sampah signifikan pasca libur Lebaran Idul Fitri 1446 H / 2025 M. Hal ini mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin untuk meningkatkan penanganan darurat sampah. Sekretaris Daerah Kota Banjarmasin, Ikhsan Budiman, mengungkapkan bahwa produksi sampah meningkat drastis selama periode libur lebaran.
Wali Kota Banjarmasin, H. Muhammad Yamin HR, menginstruksikan pengawasan langsung terhadap penanganan sampah. "Ini makin darurat sampah daerah kita," ujar Ikhsan Budiman, yang telah melakukan pengecekan langsung ke sejumlah tempat pembuangan sementara (TPS) sampah, pusat daur ulang, rumah kompos Biuku, dan beberapa bank sampah.
Pemkot Banjarmasin menyadari keterbatasan kapasitas dan fasilitas pengolahan sampah yang ada. Ikhsan Budiman menekankan perlunya peningkatan kapasitas dan fasilitas agar pengolahan sampah lebih efektif dan optimal. Tantangan utama terletak pada pengolahan sampah organik, yang terdiri dari organik kering dan basah, membutuhkan metode pengolahan yang berbeda.
Peningkatan Kapasitas Pengolahan Sampah
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin diminta untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah, khususnya dalam hal pemilahan. Ikhsan Budiman menyarankan penggunaan conveyor untuk mempercepat proses pemilahan. "Apabila tidak dilakukan secara manual, mungkin dengan confeyor bisa lebih cepat pemilahan nya," jelasnya. Dengan pemilahan yang lebih cepat, diharapkan proses pembuatan kompos dan pengolahan sampah organik basah dapat lebih efektif.
Selain itu, Pemkot Banjarmasin juga akan memaksimalkan penggunaan mesin pencacah dan alat pres sampah non organik, termasuk di sekolah-sekolah. Program Ecobrick di sekolah-sekolah akan diperkuat untuk memanfaatkan residu sampah dan memproduksi barang bernilai jual. Hasil pengolahan sampah organik akan didistribusikan ke penggiat budidaya maggot, sementara kompos akan dikerjasamakan dengan penggiat tanaman.
Pemkot Banjarmasin juga berharap TPS-3R (Tempat Pemrosesan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) di seluruh kota dapat meningkatkan fasilitas dan mengaktifkan kembali bank sampah. Dukungan masyarakat untuk memilah sampah dari rumah sangat penting untuk mengurangi beban di TPS.
Peran Aktif Masyarakat dan Tantangan TPAS Basirih
Ikhsan Budiman menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam memilah sampah sejak dari rumah. Bank sampah organik dan non organik akan diaktifkan kembali untuk mengurangi volume sampah dan meningkatkan pemanfaatannya. "Bank sampah organik atau bank sampah non organik kita harus kita aktifkan karena meski bank sampah ini kecil kapasitasnya, namun sangat berarti dalam hal pengurangan dan pemanfaatan sampah," tegasnya. "Sebab sampah kita adalah tanggung jawab kita," tambahnya.
Pemkot Banjarmasin juga menghadapi tantangan akibat penutupan TPAS Basirih oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak 1 Februari 2025 karena masih menggunakan sistem open dumping. Penutupan ini menyebabkan penumpukan sampah di TPS karena produksi sampah harian Kota Banjarmasin mencapai 650 ton, sementara TPAS Banjarbakula di Kota Banjarbaru hanya mampu menampung sekitar 200 ton per hari.
Dengan demikian, peningkatan kapasitas pengolahan sampah, pemanfaatan kembali sampah, dan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah menjadi kunci dalam mengatasi masalah darurat sampah di Banjarmasin pasca libur Lebaran. Langkah-langkah yang dilakukan Pemkot Banjarmasin diharapkan mampu mengurangi dampak negatif penutupan TPAS Basirih dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.