Banjarmasin Darurat Sampah: 300 Ton Sampah Organik Per Hari!
Kota Banjarmasin menghadapi darurat sampah dengan produksi sampah organik mencapai 300 ton per hari, memicu upaya pengelolaan sampah yang lebih maksimal.

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tengah berjuang mengatasi masalah sampah yang semakin menggunung. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin melaporkan produksi sampah organik mencapai lebih dari 300 ton per hari, atau sekitar 52 persen dari total produksi sampah harian yang mencapai lebih dari 600 ton. Hal ini terjadi di tengah jumlah penduduk Kota Banjarmasin yang lebih dari 700 ribu jiwa. Kondisi ini diperparah dengan penutupan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Basirih sejak 1 Februari 2025 oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI karena masih menggunakan sistem open dumping.
Kepala DLH Kota Banjarmasin, Alive Yoesfah Love, mengungkapkan bahwa sebagian besar sampah organik berasal dari sisa makanan dan limbah rumah tangga lainnya. "Jadi, banyak sampah bekas makanan dan lainnya yang jenis organik dari masyarakat," ujarnya. Sementara itu, sampah anorganik seperti botol plastik hanya sekitar 12 persen dari total sampah, sisanya berupa kantong plastik dan jenis sampah lainnya. Penutupan TPAS Basirih telah mengakibatkan penumpukan sampah di beberapa titik di Kota Banjarmasin karena kapasitas pengangkutan sampah menjadi terbatas.
DLH Banjarmasin berupaya keras mengatasi permasalahan ini. Salah satu strategi yang dijalankan adalah menggencarkan gerakan pengolahan sampah organik menjadi kompos. Masyarakat didorong untuk melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik sebelum membuangnya ke tempat pembuangan sampah (TPS). "Jadi, jika kita bisa mengelola sampah organik ini dengan maksimal, kita bisa mengurangi darurat sampah saat ini," jelas Alive. Upaya pemilahan sampah di tingkat kelurahan juga terus ditingkatkan dengan adanya program rumah pilah.
Pengelolaan Sampah dan Solusi Jangka Pendek
Pemerintah Kota Banjarmasin telah berupaya memaksimalkan pengiriman sampah ke TPAS Banjabakula di Kota Banjarbaru. Saat ini, sekitar 300 ton sampah berhasil dikirim setiap harinya. Namun, jumlah ini masih belum cukup untuk mengatasi total produksi sampah harian yang melebihi 600 ton. "Saat ini kita bisa mengirim sampah ke TPAS Banjabakula sekitar 300 ton," ungkap Alive. Pihak DLH juga berkomitmen untuk segera menangani tumpukan sampah yang masih terlihat di beberapa titik di Kota Banjarmasin.
Selain pengiriman ke TPAS Banjabakula, program pemilahan sampah di tingkat rumah tangga juga terus digalakkan. DLH berharap partisipasi aktif masyarakat dalam memilah sampah organik dan anorganik dapat mengurangi beban pengelolaan sampah di kota. "Kita harus bersama-sama untuk penanganan darurat sampah ini. Kami minta masyarakat mendukung program pilah sampah dari rumah," imbau Alive. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPS dan mempermudah proses pengolahan sampah organik.
Program rumah pilah di tingkat kelurahan juga menunjukkan perkembangan positif. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, program ini dinilai mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Keberhasilan program ini akan sangat membantu dalam mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA dan mengurangi dampak lingkungan dari penumpukan sampah.
Dampak Penutupan TPAS Basirih dan Upaya Ke Depan
Penutupan TPAS Basirih akibat penggunaan sistem open dumping telah memberikan dampak signifikan terhadap pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin. Sistem pembuangan sampah terbuka ini dinilai tidak ramah lingkungan dan melanggar peraturan pemerintah. Akibatnya, Kota Banjarmasin menghadapi tantangan besar dalam mengelola volume sampah yang terus meningkat.
Ke depan, Pemerintah Kota Banjarmasin perlu memperkuat kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat, untuk mengatasi masalah sampah ini. Peningkatan kapasitas pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik, menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Kota Banjarmasin. Selain itu, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah dan pengelolaan sampah rumah tangga perlu ditingkatkan.
Solusi jangka panjang yang perlu dipertimbangkan adalah pembangunan TPAS baru yang ramah lingkungan dan sesuai dengan standar pemerintah. TPAS baru ini harus mampu menampung volume sampah yang besar dan menerapkan teknologi pengolahan sampah yang modern dan efektif. Dengan demikian, Kota Banjarmasin dapat keluar dari status darurat sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Secara keseluruhan, permasalahan sampah di Banjarmasin membutuhkan penanganan komprehensif dan kolaboratif dari berbagai pihak. Partisipasi aktif masyarakat, dukungan pemerintah, dan inovasi teknologi pengolahan sampah sangat krusial dalam mengatasi tantangan ini dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang.