Pendekatan Holistik: Kunci Penanggulangan Bencana Iklim Global
Guru Besar Unika Atma Jaya tekankan pentingnya pendekatan holistik dan integratif hukum internasional dalam penanggulangan bencana iklim global yang semakin kompleks.

Jakarta, 24 April 2024 - Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang mendesak. Tidak hanya berdampak lokal, bencana iklim kini merupakan krisis global yang memerlukan respons lintas negara. Prof. Dr. Natalia Yeti Puspita, SH MHum, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, menekankan perlunya pendekatan holistik integratif hukum internasional dalam penanggulangan bencana ini. Pengukuhannya sebagai guru besar pada Kamis lalu menjadi momentum penting untuk menyuarakan hal tersebut.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Sustainable Climate Resilience: Pendekatan Holistik Integratif Hukum Internasional dalam Penanggulangan Bencana", Prof. Natalia menjelaskan bahwa ketahanan iklim berkelanjutan membutuhkan kerangka hukum yang komprehensif. Kerangka ini harus mampu mengantisipasi, merespons, dan memulihkan dampak bencana secara menyeluruh, serta menjamin pemenuhan hak asasi manusia. Ia menekankan bahwa bencana iklim bukan lagi isu yang bisa ditangani secara parsial; dibutuhkan solusi terintegrasi yang melibatkan berbagai pihak.
Prof. Natalia juga dikukuhkan bersama dua guru besar lainnya, yaitu Prof. Dr. Siti Saadah, SE., MT dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Prof. V. Selvie Sinaga, SH LLM PhD dari Fakultas Hukum. Ketiganya memberikan kontribusi berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Unika Atma Jaya.
Hukum Internasional sebagai Jembatan Solusi
Prof. Natalia menjelaskan peran penting hukum internasional dalam mengatasi krisis iklim global. Instrumen hukum internasional seperti Paris Agreement dan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction menjadi acuan penting dalam menciptakan sistem mitigasi dan adaptasi global terhadap bencana iklim. "Bencana iklim bukan lagi isu lokal, tetapi krisis global yang memerlukan respons lintas negara dengan sinergi regulasi, kebijakan, dan peran masyarakat. Hukum internasional harus menjembatani semua ini secara integratif," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti perlunya pergeseran paradigma tentang kedaulatan negara. Dalam konteks bencana global, kedaulatan tidak boleh menghalangi pemberian bantuan kemanusiaan dan pemenuhan hak-hak dasar warga negara, terutama kelompok rentan seperti pengungsi iklim. "Ketika negara tidak mampu atau tidak mau memberikan perlindungan terhadap warganya yang terdampak bencana, maka hukum internasional memiliki legitimasi untuk bertindak. Kemanusiaan dan keberlanjutan harus menjadi prioritas," jelasnya.
Pendekatan holistik yang diusung Prof. Natalia menekankan pentingnya kolaborasi antar negara, lembaga internasional, dan masyarakat sipil dalam membangun ketahanan iklim. Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim hingga pemulihan pasca-bencana dan penegakan hukum internasional.
Konglomerasi Keuangan dan Risiko Sistemik
Selain pengukuhan Prof. Natalia, acara tersebut juga menandai pengukuhan dua guru besar lainnya. Prof. Dr. Siti Saadah, SE., MT, dalam orasinya mengangkat isu krusial tentang "Konglomerasi Keuangan dan Potensi Risiko Sistemik". Ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap keterkaitan antar lembaga jasa keuangan dalam satu konglomerasi untuk mencegah krisis sistemik.
Sementara itu, Prof. V. Selvie Sinaga, SH LLM PhD, membahas "Sistem Paten di ASEAN dan Perbandingannya dengan ARIPO, OAPI, dan EU". Orasinya menyoroti kesenjangan harmonisasi sistem paten antar negara-negara ASEAN dan membandingkannya dengan praktik terbaik di organisasi regional lainnya.
Pengakuan atas Dedikasi dan Kontribusi
Rektor Unika Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), mengatakan bahwa pengukuhan ketiga guru besar ini bukan hanya upacara formal, melainkan bentuk pengakuan atas dedikasi, komitmen, dan kontribusi nyata mereka dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengukuhan ini diharapkan dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim.
Ketiga orasi ilmiah tersebut memberikan perspektif yang komprehensif dan relevan terhadap isu-isu global yang mendesak. Pendekatan holistik yang diusung para guru besar ini diharapkan dapat menginspirasi langkah-langkah konkret dalam membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh terhadap bencana.