Petani Cabai HST Raup Untung Besar di Tengah Cuaca Ekstrem
Harga cabai di Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, melonjak signifikan akibat cuaca ekstrem, membuat petani cabai meraup keuntungan besar meskipun menghadapi tantangan tersendiri.
Petani cabai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, menikmati keuntungan berlipat ganda berkat lonjakan harga cabai yang dipicu cuaca ekstrem berupa hujan dan banjir. Lonjakan harga ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk yang melanda daerah tersebut pada pertengahan Januari 2024. Kenaikan harga ini berdampak pada inflasi daerah, yang detailnya akan dihitung pada bulan Februari mendatang.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) HST, Irfan Sunarko, harga cabai di HST bulan lalu rata-rata Rp40.000 per kilogram. Namun, sepekan terakhir harga mengalami peningkatan signifikan. Harga cabai rawit tiung misalnya, berkisar Rp50.000 hingga Rp80.000 per kilogram, cabai merah besar Rp65.000 hingga Rp80.000, cabai merah keriting Rp55.000 hingga Rp70.000, dan cabai rawit lokal bahkan mencapai Rp100.000 hingga Rp120.000 per kilogram. Jenis cabai lainnya seperti cabai rawit hijau dan cabai rawit taji juga mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh gagal panen di beberapa wilayah akibat banjir yang disebabkan cuaca ekstrem. Situasi ini menciptakan kelangkaan pasokan cabai di pasaran sehingga harga jual melambung tinggi. Hal ini memberikan dampak positif bagi petani cabai yang berhasil memanen cabai di tengah kondisi yang sulit.
Muslih, seorang petani cabai di Desa Palajau, merasakan langsung dampak positif ini. Selama sepekan terakhir, ia memanen 120 kilogram cabai tiung dan menjualnya dengan harga Rp66.000 per kilogram. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan harga sebelum cuaca ekstrem, yang berada di bawah Rp50.000 per kilogram. Muslih berhasil memanen cabai sebanyak itu dari 2.600 batang tanaman cabai yang masih dalam masa produktif.
Untuk mempercepat proses panen, Muslih bahkan mempekerjakan empat hingga lima orang. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa ada tantangan yang dihadapi para petani cabai. Curah hujan yang tinggi menyebabkan penyakit pada tanaman sehingga membutuhkan perawatan intensif dan berkala, termasuk penyemprotan obat-obatan dan konsultasi dengan penyuluh pertanian. Selain itu, harga cabai yang tinggi juga meningkatkan risiko pencurian sehingga kebun harus dijaga ketat.
Meskipun keuntungan melimpah, petani cabai di HST tetap harus menghadapi tantangan dalam menjaga kualitas dan kuantitas hasil panen di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu. Perawatan intensif dan antisipasi pencurian menjadi hal yang krusial bagi keberlangsungan usaha mereka.
Kesimpulannya, cuaca ekstrem yang melanda HST memberikan dampak ganda bagi petani cabai. Di satu sisi, mereka mendapatkan keuntungan besar berkat lonjakan harga cabai. Namun, di sisi lain, mereka juga harus berjuang menghadapi tantangan dalam proses budidaya dan keamanan hasil panen. Ke depan, dibutuhkan strategi pengelolaan pertanian yang lebih baik untuk menghadapi risiko cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.