Harga Cabai Rawit Gorontalo Tembus Rp100 Ribu! Cuaca Ekstrem Jadi Biang Keladinya
Hujan deras dan cuaca ekstrem di Gorontalo mengakibatkan gagal panen cabai rawit, sehingga harga melambung hingga Rp100.000 per kilogram.

Gorontalo, 29 April 2024 - Lonjakan harga cabai rawit di Provinsi Gorontalo hingga mencapai angka fantastis Rp100.000 per kilogram dalam dua bulan terakhir mengejutkan banyak pihak. Penyebabnya? Faktor cuaca ekstrem yang melanda daerah tersebut. Hujan deras yang terus-menerus mengguyur Gorontalo telah merusak tanaman cabai dan menyebabkan penurunan hasil panen secara signifikan. Petani dan pedagang pun merasakan dampaknya secara langsung.
Amrin, seorang petani cabai rawit di Kabupaten Gorontalo, mengungkapkan bahwa hujan yang sering terjadi, baik pagi maupun sore hari, telah menyebabkan kerusakan pada tanaman cabainya. "Hujan yang sering terjadi pagi dan sore hari sejak beberapa bulan ini menyebabkan tanaman cabai rusak," ujarnya pada Senin lalu. Akibatnya, daun dan buah cabai rontok sebelum waktunya, sehingga hasil panen menjadi jauh lebih sedikit dari biasanya.
Situasi ini diperparah dengan tingginya permintaan cabai rawit dari konsumen. Rendahnya pasokan di tengah permintaan yang tetap tinggi inilah yang kemudian mendorong harga cabai rawit meroket. Kondisi ini telah berdampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat Gorontalo, baik petani maupun pedagang.
Dampak Cuaca Ekstrem terhadap Produksi Cabai Rawit
Amrin menjelaskan lebih lanjut bahwa hasil panennya berkurang drastis. "Hasil panen berkurang drastis, sedangkan permintaan dari konsumen tetap tinggi," katanya. Saat ini, harga cabai rawit jenis Samia di tingkat petani mencapai Rp70.000 per kilogram, sementara jenis Dewata dihargai Rp60.000 per kilogram. Harga yang relatif tinggi ini menunjukkan betapa besarnya dampak cuaca buruk terhadap produksi cabai rawit di Gorontalo.
Kondisi ini juga berdampak pada pedagang. Dani, salah seorang pedagang cabai rawit di Gorontalo, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit di pasaran masih bertahan tinggi, berkisar antara Rp80.000 hingga Rp90.000 per kilogram pada pekan ini. Ia menjelaskan bahwa pasokan cabai rawit yang diterima para pedagang berasal dari dua sumber utama: pasar mingguan dan langsung dari petani.
Pedagang biasanya memperoleh cabai dari pasar mingguan, di mana terdapat pedagang pengumpul yang membeli dalam jumlah besar dan kemudian mendistribusikannya ke pedagang eceran. "Biasanya kita ambil di pasar mingguan, yang ada salah satu pedagang sana yang pengumpul dalam jumlah banyak, dia bagi-bagikan ke pedagang-pedagang," tutur Dani. Selain itu, ada juga pasokan langsung dari kebun, di mana pedagang bekerja sama dengan petani untuk mendapatkan pasokan cabai rawit secara langsung.
Kerja sama ini terjalin baik melalui telepon maupun pertemuan langsung di kebun. Sistem ini memungkinkan pedagang untuk mendapatkan pasokan cabai rawit yang lebih segar dan terjamin kualitasnya. Namun, dengan kondisi cuaca saat ini, bahkan kerja sama ini pun tak mampu menstabilkan harga cabai rawit.
Upaya Mengatasi Krisis Cabai Rawit
Meskipun belum ada solusi jangka pendek yang efektif untuk mengatasi lonjakan harga cabai rawit ini, pemerintah daerah Gorontalo perlu segera mengambil langkah-langkah strategis. Salah satu yang penting adalah membantu petani untuk meningkatkan ketahanan tanaman cabai terhadap cuaca ekstrem. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan bibit unggul yang tahan terhadap hujan dan penyakit, serta pelatihan bagi petani dalam teknik pertanian yang tepat.
Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat sistem distribusi cabai rawit agar lebih efisien dan terintegrasi. Dengan demikian, pasokan cabai rawit dapat lebih mudah diakses oleh konsumen, sehingga dapat membantu menstabilkan harga. Koordinasi yang baik antara pemerintah, petani, dan pedagang sangat diperlukan untuk mengatasi krisis cabai rawit ini.
Diharapkan, dengan berbagai upaya tersebut, harga cabai rawit di Gorontalo dapat segera kembali normal dan tidak memberatkan masyarakat. Perlu diingat bahwa stabilitas harga pangan merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga stabilitas perekonomian daerah.
Ke depan, antisipasi terhadap perubahan iklim dan dampaknya terhadap pertanian perlu menjadi perhatian utama. Investasi dalam teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan memastikan ketahanan pangan.