Polisi Gagalkan Penyelundupan 46 Ribu Benih Lobster ke Singapura, Nilai Capai Rp1,8 Miliar
Polresta Bandara Soetta menggagalkan penyelundupan 46 ribu benih lobster senilai Rp1,8 miliar ke Singapura dan menangkap tiga pelaku, dengan satu buron.

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandara Soekarno-Hatta berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 46 ribu benih bening lobster (BBL) menuju Singapura. Kejadian ini terungkap pada Rabu, 26 Februari 2024 di Tangerang, dengan penangkapan tiga tersangka: M, AS, dan SP. Satu tersangka lainnya, J, masih dalam pencarian dan diduga sebagai otak dari penyelundupan ini. Modus yang digunakan adalah pengiriman melalui jalur kargo di Terminal Kargo Bandara Internasional Soetta.
Nilai total BBL yang diselundupkan diperkirakan mencapai Rp1,8 miliar. Penangkapan berawal dari informasi masyarakat yang kemudian ditindaklanjuti oleh petugas Satreskrim Polresta Bandara Soekarno-Hatta. Petugas berhasil mengamankan satu koper berisi 30 bungkus BBL jenis pasir dan mutiara, berjumlah 46 ribu ekor, dari M dan SP di area kantor pemasaran Alam Raya Bandara.
Kompol Yandri Mono, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Bandara Soekarno Hatta, menjelaskan kronologi penangkapan dan peran masing-masing tersangka. M, seorang residivis kasus serupa, berperan sebagai kurir bersama SP. AS berperan sebagai pembuka jalur pengiriman. Setelah tiba di Singapura, M dan SP akan menyerahkan BBL kepada pihak lain. Sebagai imbalan, M dan SP masing-masing menerima Rp5 juta, sementara AS mendapat Rp1 juta.
Pengungkapan Kasus dan Peran Tersangka
Proses penyelidikan bermula dari informasi masyarakat tentang pengiriman koper berisi benih lobster melalui kargo Bandara Soetta. Polisi kemudian melakukan pengintaian dan berhasil menangkap M dan SP saat mengantar koper tersebut ke kargo. Di dalam koper tersebut ditemukan 46.000 benih lobster yang dikemas dalam kantong plastik berisi oksigen. Modus ini digunakan untuk menyamarkan pengiriman BBL.
Tersangka M diketahui merupakan residivis kasus serupa, menunjukkan adanya jaringan penyelundupan yang terorganisir. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan ketat di area kargo bandara untuk mencegah penyelundupan serupa di masa mendatang. Para tersangka dijerat dengan beberapa pasal yang berkaitan dengan penyelundupan dan pelanggaran perikanan, dengan ancaman hukuman penjara maksimal delapan tahun dan denda Rp1,5 miliar.
Penangkapan ini menjadi bukti keseriusan aparat penegak hukum dalam memberantas kejahatan di bidang perikanan. Penyelundupan BBL tidak hanya merugikan negara dari segi ekonomi, tetapi juga berdampak pada kelestarian sumber daya perikanan Indonesia.
Barang Bukti dan Sanksi Hukum
Barang bukti yang berhasil diamankan berupa satu koper warna abu-abu berisi 30 bungkus BBL, berjumlah 46.000 ekor jenis pasir dan mutiara. Benih lobster tersebut dikemas dalam kantong plastik yang diisi oksigen untuk menjaga agar tetap hidup selama perjalanan. Para tersangka dijerat dengan Pasal 92 Jo Pasal 26 ayat (1) UU RI No. 6 tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang dan/atau Pasal 88 UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan dan/atau Pasal 87 Jo Pasal 34 UU RI No. 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.
Ancaman hukuman yang dihadapi para tersangka cukup berat, yaitu penjara maksimal delapan tahun dan denda Rp1,5 miliar. Hal ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi para pelaku penyelundupan BBL dan pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan tersebut. Keberhasilan pengungkapan kasus ini juga menunjukkan pentingnya peran serta masyarakat dalam memberikan informasi terkait aktivitas ilegal.
Polisi masih terus melakukan pengembangan penyelidikan untuk menangkap tersangka J yang diduga sebagai otak dari penyelundupan ini. Upaya ini bertujuan untuk membongkar jaringan penyelundupan BBL secara menyeluruh dan mencegah terjadinya penyelundupan serupa di masa mendatang. Kerjasama antar instansi dan masyarakat sangat penting dalam menjaga kelestarian sumber daya perikanan Indonesia.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas barang di bandara dan pelabuhan untuk mencegah penyelundupan berbagai komoditas ilegal, termasuk benih lobster. Langkah-langkah pencegahan dan penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan untuk melindungi kekayaan alam Indonesia.