Polres Purbalingga Gagalkan Perang Sarung, Amankan Bom Molotov
Polres Purbalingga berhasil menggagalkan aksi perang sarung dan mengamankan bom molotov serta sejumlah barang bukti lainnya dari sekelompok remaja di Desa Dawuhan, Purbalingga.

Pada Sabtu dini hari, 1 Maret 2024, Polres Purbalingga berhasil mencegah aksi perang sarung yang melibatkan 10 remaja di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Selain mengamankan 10 remaja tersebut, polisi juga menemukan sebuah bom molotov dan tiga botol bekas minuman beralkohol di sekitar lokasi kejadian. Kejadian ini bermula dari informasi yang diterima pihak kepolisian mengenai rencana tawuran antar kelompok remaja.
Penanganan cepat oleh Satuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polres Purbalingga, dibantu warga setempat, berhasil mengamankan sepuluh remaja yang diduga akan melakukan aksi perang sarung. Para remaja, yang masih berstatus pelajar SMP dan SMA, berinisial RRN (14), AN (16), BAA (15), BAP (15), EBA (14), GIP (14), JJ (15), RAP (15), ZGA (14), dan RP (13). Meskipun awalnya informasi menyebutkan adanya senjata tajam, polisi hanya menemukan dua sarung yang dimodifikasi sebagai senjata.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Purbalingga, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Siswanto, menjelaskan dalam konferensi pers di Markas Polres Purbalingga pada Minggu, 2 Maret 2024, bahwa bom molotov dan botol-botol tersebut ditemukan oleh warga di luar lokasi, terpisah dari para remaja yang diamankan. Polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait temuan tersebut dan asal-usul bom molotov tersebut.
Pengungkapan Kasus Perang Sarung dan Bom Molotov
AKP Siswanto memaparkan kronologi kejadian, mulai dari informasi awal tentang rencana tawuran hingga penangkapan para remaja. Petugas berhasil mengamankan sepuluh remaja yang diduga akan melakukan aksi perang sarung di Desa Dawuhan. Barang bukti yang ditemukan selain bom molotov dan botol-botol bekas minuman, meliputi dua buah sarung; satu berwarna putih dililit lakban dan satu lagi berwarna merah marun yang diikat ujungnya. Hal ini menunjukkan persiapan para remaja untuk melakukan aksi kekerasan.
Lebih lanjut, AKP Siswanto menjelaskan bahwa motif tawuran berawal dari ejek-ejekan antar kelompok remaja. Polisi telah mengidentifikasi tiga kelompok remaja yang terlibat, berasal dari Kecamatan Kutasari, Purbalingga, Bojongsari, dan Kalimanah. Meskipun sempat beredar informasi bahwa para remaja membawa senjata tajam, penyelidikan hanya menemukan sarung yang dimodifikasi.
Polisi juga melibatkan orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah desa dalam pembinaan terhadap para remaja yang terlibat. Hal ini menunjukkan komitmen Polres Purbalingga dalam memberikan pembinaan dan mencegah terulangnya kejadian serupa.
Pembinaan dan Imbauan Kepada Masyarakat
Sebagai langkah preventif, AKP Siswanto menekankan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak-anak mereka. Ia mengimbau masyarakat untuk memastikan anak-anak pulang ke rumah paling lambat pukul 21.00 atau 22.00 WIB dan agar selalu mengetahui pergaulan anak-anak mereka. Langkah ini diharapkan dapat mencegah terjadinya aksi kekerasan di kalangan remaja.
Selain itu, Polres Purbalingga juga akan terus melakukan patroli dan meningkatkan pengawasan di wilayah rawan tawuran untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Kerjasama antara pihak kepolisian, orang tua, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi anak-anak.
Penanganan kasus ini menunjukkan kesigapan Polres Purbalingga dalam mencegah aksi kekerasan dan memberikan pembinaan kepada para remaja yang terlibat. Temuan bom molotov menjadi perhatian serius dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap jaringan dan motif di baliknya.
Polisi berharap kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap anak-anak muda, serta menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya aksi kekerasan di kalangan remaja.