Prabowo Subianto: Kritik yang Berbasis Kebenaran, Bukan Dendam
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menekankan pentingnya kritik konstruktif yang dilandasi kebenaran, bukan dendam, dalam konteks demokrasi khas Indonesia.

Jakarta, 15 Februari 2024 - Ketua Umum Partai Gerindra dan Presiden RI, Prabowo Subianto, menyampaikan pesan penting terkait kritik dalam demokrasi Indonesia. Dalam pidato HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Prabowo menekankan perlunya kritik yang dilandasi kebenaran, bukan dilatarbelakangi dendam atau kepentingan pribadi.
Kritik Konstruktif dalam Demokrasi Indonesia
Prabowo memulai pidatonya dengan menekankan kesamaan cita-cita seluruh partai politik di Indonesia, yaitu untuk memajukan bangsa. Ia mengajak semua pihak untuk memahami bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam sistem demokrasi. "Kita harus mengerti, semua partai ada cita-cita yang sama, semua partai ingin berbuat yang terbaik bagi rakyat Indonesia," tegasnya.
Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa demokrasi Indonesia memiliki karakteristik unik yang tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan sistem demokrasi negara lain. Ia menyinggung pandangan akademisi asing yang kerap meremehkan model demokrasi Indonesia, menganggap sistem negara lain sebagai yang paling ideal. Namun, Prabowo menegaskan bahwa sistem yang cocok di negara lain belum tentu sesuai dengan konteks Indonesia.
Menghindari Permusuhan dalam Politik
Prabowo juga menyoroti pentingnya menghindari permusuhan antar-lawan politik. Ia mencontohkan beberapa negara kaya sumber daya alam yang gagal berkembang karena elit politiknya tidak mampu bekerja sama, bahkan terjerumus dalam korupsi. "Ada negara yang menganggap demokrasi bermusuhan, justru demokrasi kita tidak boleh bermusuhan dengan lawan-lawan politik," ujarnya.
Dalam konteks pasca-Pemilu, Prabowo menekankan pentingnya persatuan, terlepas dari kemenangan atau kekalahan. Ia menyatakan bahwa tidak semua pihak harus masuk pemerintahan, namun mereka yang berada di luar pemerintahan tetap dianggap sebagai patriot bangsa yang turut berkontribusi. "Bersatu tidak berarti semua masuk pemerintahan, kalau perlu, iya, kalau tidak juga tidak apa-apa. Dalam arti, mereka yang tidak masuk pemerintah, kita tetap anggap sebagai patriot-patriot bangsa," jelasnya.
Apresiasi dan Kritik yang Berbasis Kebenaran
Prabowo mengapresiasi peran para patriot bangsa yang membantu pemerintah melalui koreksi, pengawasan, dan kritik. Namun, ia kembali menegaskan pentingnya kritik yang dilandasi kebenaran. "Tapi kritiknya yang benar, jangan kritik berdasarkan dendam," tegasnya.
Ia bahkan menyinggung pesan dari khotbah Jumat yang baru didengarnya: "Kemarin sembayang Jumat, khotibnya luar biasa di tempat saya, dikatakan bahwa Allah tidak suka sama yang cemburuan." Pernyataan ini menekankan pentingnya menghindari sikap iri hati dan dendam dalam menyampaikan kritik.
Kesimpulan
Pidato Prabowo Subianto ini menekankan pentingnya membangun demokrasi Indonesia yang inklusif dan konstruktif. Kritik, sebagai bagian integral dari demokrasi, harus didasarkan pada kebenaran dan bertujuan untuk perbaikan, bukan untuk kepentingan pribadi atau dendam. Pesan ini relevan bagi seluruh elemen masyarakat, khususnya para pemimpin dan pelaku politik, untuk menciptakan iklim politik yang sehat dan produktif.