Raffi Ahmad: Orang Tua Harus Adaptasi Teknologi Bersama Anak
Raffi Ahmad menekankan pentingnya orang tua beradaptasi dengan teknologi bersama anak-anak untuk mencegah hal negatif dan mempersiapkan bonus demografi dengan keterampilan masa depan yang berbasis teknologi.

Jakarta, 23 Januari 2024 - Raffi Ahmad, Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, mengajak orang tua untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi bersama anak-anak. Hal ini penting agar anak-anak tidak terjerumus ke hal-hal negatif di dunia digital yang semakin kompleks. Pernyataan ini disampaikan Raffi saat menghadiri pengukuhan Forum Genre Indonesia di Jakarta.
Raffi menekankan perlunya adaptasi ini mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi. "Sekarang dengan zamannya teknologi, kita sebagai orang tua juga harus mau belajar, terkadang kita harus mendengarkan apa yang dia -anak- mau, karena dulu mana ada Instagram, hoaks, trending, kita harus berhati-hati, alarm kita harus dua kali lipat," ujarnya. Ia menyoroti tantangan baru seperti media sosial, hoaks, dan tren online yang memerlukan pengawasan ekstra dari orang tua.
Lebih lanjut, Raffi membahas pentingnya mempersiapkan generasi muda untuk bonus demografi. Ia melihat peluang kerja masa depan akan banyak berfokus pada teknologi. "Jadi yang paling penting cara untuk memanfaatkan bonus demografi adalah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, salah satunya dengan membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja dan industri di masa depan, apalagi di masa depan itu, pekerjaan yang paling dibutuhkan fokus pada teknologi, data, dan kesehatan," jelasnya.
Generasi muda, menurut Raffi, harus siap berevolusi dan beradaptasi dengan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI). Ini penting agar mereka tetap relevan dan tidak tergantikan oleh otomatisasi pekerjaan repetitif. Ia mengutip proyeksi World Economic Forum tahun 2030 yang memperkirakan terciptaan 170 juta pekerjaan baru, namun 92 juta pekerjaan akan hilang, terutama pekerjaan repetitif seperti staf administrasi.
Oleh karena itu, Raffi menekankan pentingnya penguasaan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan. "Kita harus bisa adaptasi dengan apa yang terjadi di zaman sekarang," tegasnya. Ia menyarankan generasi muda untuk menguasai keahlian di bidang kecerdasan buatan (AI) dan machine learning untuk meningkatkan daya saing.
Selain keterampilan teknis, Raffi juga menyoroti pentingnya soft skill dan adab. Menurutnya, keterampilan ini tak kalah penting untuk sukses di dunia kerja yang dinamis. "Soft skill, pengetahuan, itu penting, tetapi di luar itu ada ilmu adab, itu jauh lebih penting, sepintar-pintarnya kita kalau enggak ada adab, enggak ada artinya. Ilmu kehidupan juga harus penting," tutup Raffi.
Kesimpulannya, adaptasi teknologi, penguasaan keterampilan masa depan, dan pengembangan soft skill merupakan kunci kesuksesan generasi muda dalam menghadapi bonus demografi dan persaingan kerja yang semakin ketat. Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing dan membekali anak-anak mereka untuk menghadapi tantangan tersebut.