Rejang Lebong Cetak Ribuan Hektare Sawah Baru, Siap Jadi Lumbung Pangan Bengkulu
Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong gencar melakukan pencetakan sawah baru seluas 1.075 hektare. Program ini diharapkan mampu menjadikan Rejang Lebong lumbung pangan Bengkulu.

Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, tengah gencar melaksanakan program pencetakan sawah baru yang ambisius. Inisiatif ini mencakup luasan 1.075 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan strategis di wilayah tersebut. Program ini diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan kapasitas produksi pangan lokal.
Bupati Rejang Lebong, Muhammad Fikri, secara resmi meluncurkan program penting ini di Desa Tanjung Gelang, Kecamatan Kota Padang, pada Jumat (8/8) lalu. Tahap awal pencetakan sawah baru ini telah mencakup 604 hektare lahan potensial. Sementara itu, sisa kuota seluas 471 hektare lainnya akan segera dikerjakan di lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
Lokasi lain yang menjadi target perluasan lahan pertanian ini adalah Desa Lubuk Mumpo, yang juga berada di Kecamatan Kota Padang. Selain itu, program ini juga akan menyentuh Desa Suka Merindu di Sindang Beliti Ilir serta Desa Belumai II di Padang Ulak Tanding. Dengan adanya penambahan lahan produktif ini, Rejang Lebong berambisi kuat untuk menjadi lumbung pangan utama di Provinsi Bengkulu.
Ekspansi Lahan Pertanian dan Target Produksi Pangan
Program pencetakan sawah baru di Rejang Lebong merupakan bagian integral dari inisiatif nasional Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Total kuota program cetak sawah di Provinsi Bengkulu secara keseluruhan mencapai 2.200 hektare. Rejang Lebong mendapatkan porsi terbesar dari kuota tersebut, yaitu 1.075 hektare, mengingat potensi lahan yang sangat memadai di daerah ini.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Rosmala Dewi, menjelaskan bahwa lahan baru ini merupakan penambahan di luar luas baku sawah (LBS) yang sudah ada sebelumnya. Penambahan ini secara signifikan akan memperluas baku lahan pertanian yang tersedia. Hal ini juga secara langsung akan meningkatkan luas tanam dan pada akhirnya volume produksi padi di Rejang Lebong.
Data dari Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong menunjukkan bahwa saat ini luas sawah baku di wilayah tersebut tercatat 3.567,29 hektare. Dengan adanya penambahan lahan seluas 1.075 hektare ini, total luas lahan baku akan bertambah secara signifikan. Peningkatan ini diharapkan berdampak langsung pada peningkatan hasil produksi beras, memperkuat ketahanan pangan daerah.
Program ambisius ini ditargetkan selesai sepenuhnya pada tahun 2025. Penanaman padi di lahan-lahan baru yang telah dicetak diharapkan sudah dapat masuk dalam data produksi resmi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun yang sama. Ini akan menjadi indikator keberhasilan program dalam mendukung target produksi nasional.
Dukungan Anggaran dan Modernisasi Sektor Pertanian
Pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mendukung kelancaran program pencetakan sawah baru ini. Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini mencapai lebih dari Rp50 miliar. Dana tersebut dialokasikan secara komprehensif untuk pembangunan fisik, penyediaan sarana prasarana pendukung, serta program pendampingan bagi para petani.
Rosmala Dewi lebih lanjut menekankan pentingnya pemanfaatan lahan yang telah dicetak ini secara optimal dan berkelanjutan. Anggaran yang besar ini menunjukkan komitmen serius pemerintah dalam mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan nasional. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan dan berkelanjutan dalam jangka panjang bagi kesejahteraan petani dan ketersediaan pangan.
Selain dukungan finansial, program ini juga akan diperkuat dengan pembentukan brigade pangan. Brigade ini merupakan sebuah kelembagaan khusus yang akan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menangani berbagai masalah terkait pencetakan sawah. Mereka akan memastikan kelancaran operasional di lapangan serta optimalisasi pemanfaatan lahan yang telah dicetak.
Aspek modernisasi pertanian juga menjadi fokus utama dalam implementasi program ini. Petani akan mendapatkan dukungan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang lengkap dan modern. Alsintan yang disediakan meliputi hand tractor roda empat dan roda dua, cultivator, hingga teknologi drone untuk pemantauan dan penyemprotan. Dukungan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas pertanian secara menyeluruh.