Sulsel Targetkan Cetak Sawah Baru 583 Hektare di 2025, Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional
Sulawesi Selatan (Sulsel) berambisi menambah lahan persawahan seluas 583 hektare pada 2025 untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Makassar, 4 Maret 2024 - Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPH-Bun) Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan target ambisius untuk mencetak sawah baru seluas 583 hektare (ha) pada tahun 2025. Langkah ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah daerah dalam mendukung program ketahanan pangan nasional dan juga mendorong keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DTPH-Bun Sulsel, Uvan Nurwahidah, dalam keterangan pers di Makassar pada Senin lalu. Menurutnya, penambahan lahan persawahan ini sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Target ini bukan sekadar angka, melainkan komitmen nyata Sulsel dalam menjaga stabilitas pangan di tingkat nasional.
Pemilihan lokasi untuk program cetak sawah baru ini pun telah melalui proses pemetaan yang cermat. Wilayah yang diprioritaskan adalah daerah sekitar Luwu, meliputi Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur, karena masih memiliki lahan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan pertanian. Selain Luwu, beberapa kabupaten lain juga masuk dalam rencana pengembangan, yakni Bone, Sidrap, dan Soppeng.
Potensi Lahan Pertanian Sulsel dan Kerjasama Strategis
Potensi lahan sawah di Sulawesi Selatan sendiri terbilang signifikan, diperkirakan mencapai sekitar 660.638 ha. Dengan adanya program cetak sawah baru ini, diharapkan potensi tersebut dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produksi padi dan ketahanan pangan daerah. Program ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Kementerian Pertanian dan TNI, yang bertujuan untuk mendukung swasembada pangan nasional.
Program cetak sawah baru ini sejalan dengan program upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai yang telah berjalan sejak tahun 2015. Kerjasama yang solid antara pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan TNI, menjadi kunci keberhasilan program ini. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas harga beras dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Dengan Sulsel sebagai penyangga pangan nasional terbesar keempat setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, program ini memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Keberhasilan program ini akan berdampak positif bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan petani di Sulsel.
Tantangan dan Harapan
Meskipun target cetak sawah baru ini terbilang ambisius, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti ketersediaan infrastruktur pendukung, aksesibilitas lahan, dan juga ketersediaan sumber daya manusia yang terampil. Namun, dengan perencanaan yang matang dan kerjasama yang baik antara berbagai pihak, diharapkan tantangan tersebut dapat diatasi.
Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produksi padi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan keberlanjutan pertanian. Penerapan teknologi pertanian modern dan praktik pertanian berkelanjutan perlu diintegrasikan dalam program ini untuk memastikan keberhasilan jangka panjang. Dengan demikian, program cetak sawah baru ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.
Keberhasilan program ini akan berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani di Sulsel. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung dan mengawasi pelaksanaan program ini agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai.
"Program cetak sawah baru ini merupakan langkah strategis untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani," ujar Uvan Nurwahidah. "Kami optimistis target 583 hektare dapat tercapai dengan dukungan semua pihak."