Rumah Tahfidz Al Fatih Gowa Tak Terdaftar di Kemenag Sulsel, Pimpinannya Tersangka Pencabulan
Yayasan Rumah Tahfidz Al Fatih Gowa yang pimpinannya ditetapkan sebagai tersangka kasus pencabulan terhadap tiga santriwati, dinyatakan tidak terdaftar di Kemenag Sulsel, dan dianggap ilegal karena beroperasi tanpa izin.

Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulsel, Ali Yafid, menyatakan Rumah Tahfidz Al Fatih Gowa tidak terdaftar dalam sistem data administrasi Kemenag. Pernyataan ini muncul setelah pimpinan yayasan, Feri Syarwan, ditetapkan sebagai tersangka kasus pencabulan terhadap tiga santriwati. Kasus ini terjadi di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, sekitar bulan Juni 2024.
Menurut Kemenag Sulsel, lembaga pendidikan keagamaan seperti Rumah Tahfidz Al Quran dan pondok pesantren yang beroperasi tanpa izin atau tidak memenuhi syarat dianggap ilegal. Meskipun demikian, Kemenag Sulsel tak memiliki wewenang untuk menindak secara hukum. Penindakan hukum sepenuhnya menjadi ranah kepolisian.
"Kalau ilegal bukan ranah kita," tegas Ali Yafid. "Kalau ilegal dan melakukan operasional, kita langsung perintahkan Kemenag kabupaten/kota untuk bekukan. Karena ilegal itu tidak sesuai dengan persyaratan yang disyaratkan untuk mendirikan ponpes dan Rumah Tahfiz," tambahnya. Ia juga menjelaskan bahwa lembaga yang beroperasi tanpa izin tidak sah untuk melakukan pembinaan.
Syarat Mendirikan Ponpes dan Rumah Tahfidz
Kemenag Sulsel menetapkan lima syarat utama atau unsur 'Rukun Arkanul Ma'had' untuk mendirikan pondok pesantren dan Rumah Tahfidz. Syarat tersebut meliputi: keberadaan kiai dan pengasuh, kitab kuning, santri mukim, asrama, dan masjid atau musholla. Keberadaan kiai yang cukup berpengalaman juga menjadi faktor penting, mengingat beragamnya kitab kuning yang diajarkan.
Data Ponpes dan Lembaga Keagamaan di Sulsel
Berdasarkan data Kemenag Sulsel per Agustus 2024, terdapat 405 pondok pesantren di 24 kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan. Selain itu, terdapat 40 unit PKKPPS, 2 unit lembaga SPM, 7 unit PDF, 2 unit Mahad Aly, 882 sekolah MDT, dan 8.269 satuan pendidikan LPQ. Total santri mencapai 24.525 orang, dengan 23.926 tenaga pengajar/ustadz.
Kasus Pencabulan di Rumah Tahfidz Al Fatih
Kapolres Gowa, AKBP Reonald TS Simanjuntak, menjelaskan kronologi kasus pencabulan yang dilakukan Feri Syarwan. "Awalnya ini terjadi sekitar bulan Juni 2024, pukul 07.00 Wita. Modusnya, pelaku memaksa korban untuk berhubungan badan selayaknya suami istri. Motifnya adalah memenuhi atau memuaskan nafsu dari pelaku," ujar Kapolres Gowa.
Feri Syarwan disangkakan pasal 81 junto pasal 76 huruf d Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2016 Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Ia terancam hukuman kurungan paling lama 15 tahun.
Kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap lembaga pendidikan keagamaan, memastikan keamanan dan perlindungan bagi para santri.