Rupiah Menguat: Kekhawatiran Ekonomi AS dan Stabilitas Pangan Jadi Penopang
Nilai tukar rupiah menguat signifikan seiring meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS dan kestabilan harga pangan jelang Ramadhan 2025.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan yang signifikan pada penutupan perdagangan Jumat. Penguatan sebesar 45 poin atau 0,28 persen, membawa kurs rupiah ke level Rp16.295 per dolar AS, dibandingkan Rp16.340 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap perlambatan ekonomi AS dan kebijakan Presiden Trump yang dinilai menimbulkan ketidakpastian.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa pelemahan dolar AS menjadi faktor utama penguatan rupiah. "Dolar terpukul oleh meningkatnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS, dengan ketidakpastian atas dampak kebijakan Trump," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis. Ia menambahkan bahwa penundaan kebijakan tarif impor oleh Presiden Trump juga turut memberikan dampak positif terhadap nilai tukar rupiah.
Presiden Federal Reserve (The Fed) Atlanta, Raphael Bostic, bahkan menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan Trump telah mengaburkan prospek ekonomi AS. Hal ini membuat The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tanpa perubahan, menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi AS ke depan. Situasi ini memberikan dampak positif bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menyebabkan aliran modal asing cenderung masuk ke pasar Indonesia.
Kekhawatiran Ekonomi AS dan Kebijakan Trump
Kebijakan Presiden Trump yang menunda kebijakan tarif untuk produsen mobil dan barang serta jasa dalam US-Mexico-Canada Agreement (USMCA) hingga awal April 2025, menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, turut memberi kontribusi pada penguatan rupiah. Penundaan ini mengurangi ketidakpastian di pasar global dan memberikan sentimen positif bagi investor.
Ketidakpastian ekonomi AS yang meningkat, dipicu oleh kebijakan-kebijakan yang kontroversial, menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah. Investor cenderung mencari aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian global, sehingga meningkatkan permintaan terhadap rupiah.
Meskipun Bank Indonesia mencatat Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) melemah ke Rp16.336 per dolar AS, penguatan rupiah di pasar spot menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Stabilitas Pangan di Bulan Ramadhan
Selain faktor eksternal, kondisi domestik juga memberikan kontribusi positif terhadap penguatan rupiah. Pemerintah memastikan kestabilan harga pangan pokok menjelang bulan Ramadhan 2025. Hal ini disampaikan oleh Ibrahim Assuabi, yang menekankan upaya pemerintah bersama pelaku usaha untuk menjaga harga pangan di tingkat konsumen tetap sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan penjualan (HAP).
Upaya menjaga inflasi pangan tetap terkendali merupakan langkah penting untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Kestabilan harga pangan ini memberikan keyakinan kepada pasar dan investor akan daya tahan ekonomi Indonesia, yang pada akhirnya berkontribusi pada penguatan nilai tukar rupiah.
Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga pangan, khususnya menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Langkah-langkah konkrit, seperti pengawasan distribusi dan ketersediaan stok, terus dilakukan untuk memastikan keterjangkauan harga bagi masyarakat.
Kesimpulan
Penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat merupakan hasil dari kombinasi faktor eksternal dan internal. Meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS dan ketidakpastian kebijakan Trump di satu sisi, serta kestabilan harga pangan jelang Ramadhan 2025 di sisi lain, telah menciptakan kondisi yang mendukung penguatan rupiah. Ke depan, stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah yang tepat akan tetap menjadi kunci dalam menjaga nilai tukar rupiah.