Rupiah Menguat: Menkeu Pastikan Nilai Tukar Sejalan dengan Fundamental Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan penguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan regional, di tengah intervensi BI untuk stabilisasi nilai tukar.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih selaras dengan perkembangan ekonomi domestik dan mata uang regional lainnya. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers daring Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Kamis lalu. Sri Mulyani menekankan bahwa fluktuasi rupiah berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia, sehingga menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Pada tanggal 27 Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat Rp16.560 per dolar AS, menunjukkan penguatan sebesar 0,12 persen point-to-point (ptp) dibandingkan dengan akhir Februari 2025. Namun, situasi berbeda terjadi di pasar off-shore (Non-Deliverable Forward/NDF) selama libur panjang Idul Fitri 1446 H. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Menanggapi tekanan tersebut, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkelanjutan di pasar Asia, Eropa, dan New York. Intervensi ini bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari tekanan global yang signifikan. Langkah ini terbukti efektif, terlihat dari penguatan rupiah menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, membaik dari Rp16.865 per dolar AS pada 8 April 2025, setelah libur panjang berakhir.
Intervensi BI dan Stabilitas Rupiah
Bank Indonesia (BI) memainkan peran krusial dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI menyatakan terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF. Strategi intervensi tiga lapis (triple intervention) juga diterapkan pada transaksi spot, DNDF, dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Semua instrumen moneter dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-pasar melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Tujuan dari optimalisasi instrumen tersebut adalah untuk menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen BI yang kuat dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar global terhadap perekonomian domestik.
Sri Mulyani juga menambahkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik turut mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia tetap tinggi. Komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik menjadi faktor kunci yang mendukung perkiraan stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.
Analisis Pergerakan Rupiah
Pada pembukaan perdagangan Kamis pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah menguat 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.866 per dolar AS, dari Rp16.872 per dolar AS sebelumnya. Penguatan ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia. Meskipun terdapat tekanan eksternal, fundamental ekonomi domestik yang kuat mampu menahan dampak negatif tersebut.
Perlu diingat bahwa pergerakan nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun internasional. Oleh karena itu, penting untuk memantau perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah dan bank sentral. Stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam mendukung investasi dan perdagangan internasional.
Ke depan, pemerintah dan BI akan terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya. Komitmen untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan fundamental ekonomi yang kuat akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan global dan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan.
Secara keseluruhan, pernyataan Menkeu dan langkah-langkah BI menunjukkan upaya proaktif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil dan berkelanjutan.