Rupiah Menguat Tipis, Dipengaruhi Sinyal Data Ekonomi AS dan Kebijakan Trump
Kurs rupiah menguat tipis di tengah sinyal beragam data ekonomi AS, termasuk data ketenagakerjaan dan PMI jasa, serta kebijakan tarif impor Presiden Trump yang ditunda.

Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi ini terpantau menguat tipis, dipengaruhi oleh beragam sinyal dari data ekonomi AS dan kebijakan Presiden Trump. Penguatan ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar global yang masih dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi makro. Pergerakan rupiah hari ini menunjukkan dinamika yang kompleks, di mana sentimen positif dan negatif saling berinteraksi.
Pada perdagangan Jumat, rupiah dibuka menguat 4 poin atau 0,02 persen ke level Rp16.336 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.340 per dolar AS. Penguatan ini terjadi meskipun masih dalam kisaran yang relatif sempit. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memberikan analisisnya terkait pergerakan rupiah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci dari Amerika Serikat.
Data ekonomi AS menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan rupiah. Data ADP Employment Change pada Februari 2025, misalnya, menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini mengindikasikan adanya pelonggaran kondisi pasar tenaga kerja di AS, yang berpotensi memengaruhi kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Data Ekonomi AS dan Implikasinya terhadap Rupiah
Data Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa AS juga memberikan sinyal positif. Angka PMI jasa AS yang berada di atas 50 pada Februari 2025 menunjukkan bahwa sektor jasa AS telah kembali ke fase ekspansi. Kondisi ini secara umum dianggap positif bagi perekonomian AS, namun dampaknya terhadap rupiah masih perlu dikaji lebih lanjut karena bisa memicu kenaikan suku bunga di AS.
Josua Pardede memprediksi pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam kisaran Rp16.300 hingga Rp16.400 per dolar AS. Prediksi ini memperhitungkan berbagai faktor yang memengaruhi pasar valuta asing, termasuk sentimen global dan dinamika pasar domestik. Pergerakan rupiah masih rentan terhadap berbagai sentimen, baik internal maupun eksternal.
Meskipun data ekonomi AS memberikan sinyal yang beragam, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS juga turut memengaruhi pergerakan rupiah. Penundaan kebijakan tarif impor oleh Presiden Trump untuk produsen mobil dan barang serta jasa dalam USMCA hingga awal April 2025 menimbulkan ketidakpastian bagi investor.
Ketidakpastian Kebijakan Trump dan Aset Safe-Haven
Presiden Trump menegaskan bahwa penundaan tarif tersebut bersifat one-off dan tidak akan diperpanjang. "Trump juga menegaskan bahwa penundaan tarif hanya akan menjadi kebijakan one-off, dan ia tidak akan memperpanjang kesepakatan bulan depan. Ketidakpastian dari tarif perdagangan menyebabkan investor mengalihkan aset mereka ke mata uang safe-haven, termasuk Yen Jepang dan Franc Swiss," ujar Josua.
Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari aset safe-haven, seperti Yen Jepang dan Franc Swiss. Hal ini dapat menyebabkan aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menekan nilai tukar rupiah. Namun, penguatan tipis rupiah hari ini menunjukkan bahwa dampaknya masih terbatas.
Secara keseluruhan, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Data ekonomi AS, kebijakan perdagangan AS, dan sentimen pasar global semuanya berperan dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah. Penting bagi investor dan pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi volatilitas kurs rupiah ke depannya.
Meskipun menguat tipis, pergerakan rupiah tetap perlu diwaspadai. Ketidakpastian global dan dinamika ekonomi domestik masih berpotensi memengaruhi nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, diperlukan strategi manajemen risiko yang tepat bagi pelaku usaha yang bertransaksi dalam mata uang asing.