Sulbar Dorong Industri Kakao: Bukan Sekadar Budidaya, Tapi Pengolahan!
Dinas Perkebunan Sulawesi Barat gencar mendorong pengembangan industri pengolahan kakao, tak hanya peningkatan budidaya, untuk mendongkrak perekonomian daerah dan mengurangi kemiskinan.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) melalui Dinas Perkebunan tengah gencar mendorong pertumbuhan industri pengolahan kakao. Upaya ini tidak hanya fokus pada peningkatan budidaya kakao di perkebunan (on-farm) dan di luar lahan pertanian (off-farm), tetapi juga mencakup penyebaran informasi potensi dan peluang investasi di sektor ini. Hal ini disampaikan langsung oleh Plt. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Sulbar, Agustina Palimbong, di Mamuju pada Rabu, 29 Januari 2024.
Mengapa Sulbar Fokus pada Industri Kakao? Provinsi Sulbar ditetapkan sebagai kawasan pengembangan kakao nasional. Lebih lanjut, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 menjadikan Sulbar sebagai sentra pengolahan komoditas perkebunan. Targetnya jelas: mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. Hal ini didukung oleh permintaan pasar kakao yang tinggi, menjadikan Sulbar berpotensi besar sebagai pemasok utama biji kakao untuk pasar ekspor. Harga biji kakao yang cukup menjanjikan, berkisar antara Rp120.000-185.000/kg dengan kadar air tujuh persen (sesuai SNI 2323:2008), semakin memperkuat daya tarik investasi.
Bagaimana Sulbar Mengembangkan Industri Kakao? Sulbar memiliki keunggulan komparatif dalam pengembangan kakao, mulai dari kesesuaian iklim dan teknologi budidaya yang sudah dipahami masyarakat. Luas lahan yang potensial untuk pengembangan kakao, ditambah dukungan pemerintah pusat dan daerah, menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, sumber daya manusia (SDM) di Sulbar yang sudah terampil dalam budidaya kakao memudahkan investasi dalam pelatihan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan praktik penanganan yang baik (Good Handling Practices/GHP).
Tantangan dan Peluang Investasi Agustina juga menyoroti tantangan dalam budidaya kakao, seperti serangan hama dan penyakit, misalnya heliopeltis dan busuk buah. Oleh karena itu, investasi di teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta penggunaan bibit unggul tahan penyakit, sangat diperlukan. Standar kualitas panen dan pasca panen yang tinggi untuk ekspor juga membuka peluang investasi dalam penerapan standar produk, seperti sertifikasi kakao.
Kesimpulan Dorongan pengembangan industri pengolahan kakao di Sulawesi Barat merupakan langkah strategis untuk meningkatkan perekonomian daerah. Dengan potensi sumber daya alam, SDM yang terampil, dan dukungan pemerintah, Sulbar memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di industri kakao nasional bahkan internasional. Namun, investasi di teknologi dan peningkatan kualitas produk tetap menjadi kunci keberhasilan upaya ini.