Sulbar Tanam Harapan Entaskan Kemiskinan lewat Budi Daya Kakao
Sulawesi Barat (Sulbar) berupaya memberantas kemiskinan dengan mengembangkan budi daya kakao, memanfaatkan potensi alam dan dukungan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) tengah berupaya keras memberantas kemiskinan dengan mengoptimalkan potensi lokal. Salah satu strategi efektif yang dijalankan adalah pengembangan budi daya kakao. Upaya ini didorong oleh potensi alam Sulbar yang sangat mendukung, harga kakao yang relatif stabil, dan tingginya permintaan pasar baik domestik maupun internasional. Program ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani dan pada akhirnya mengurangi angka kemiskinan di daerah tersebut.
Pemerintah daerah Sulbar telah merancang beberapa langkah strategis untuk mewujudkan hal ini. Langkah-langkah tersebut meliputi pelatihan dan pendampingan bagi petani kakao, penyediaan bibit unggul, pengembangan infrastruktur penunjang, serta peningkatan pemasaran produk kakao. Dukungan anggaran yang signifikan juga telah dialokasikan untuk memastikan keberhasilan program ini.
Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pemberdayaan petani. Dengan memberikan akses pada pelatihan, bibit berkualitas, dan dukungan pemasaran, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kapasitas petani dan mendorong kemandirian ekonomi mereka. Kolaborasi dengan berbagai lembaga dan pemerintah pusat juga menjadi kunci keberhasilan program ini.
Potensi Kakao Sulbar: Harapan Baru Ekonomi Daerah
Sulbar memiliki lahan seluas 145 ribu hektare yang berpotensi untuk pengembangan budi daya kakao. Produksi kakao Sulbar saat ini mencapai 76 ribu ton per tahun, dengan Kabupaten Polman sebagai penghasil terbesar, yakni sekitar 35 ribu ton per tahun. Kakao Sulbar telah diekspor ke berbagai negara, termasuk China, Jepang, Jerman, Belanda, Rusia, dan Amerika Serikat, dengan total ekspor mencapai 12,8 ribu ton per tahun.
Kontribusi sektor pertanian, khususnya kakao, terhadap perekonomian Sulbar sangat signifikan, mencapai 46,11 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulbar juga turut dipengaruhi oleh sektor pertanian, dengan kontribusi sebesar 4,78 persen (data BPS). Namun, tantangan berupa hama dan penyakit tanaman, seperti serangan heliopeltis dan penyakit busuk buah, perlu diatasi untuk menjaga keberlanjutan produksi.
Pemerintah Provinsi Sulbar telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp15 miliar dari APBD untuk mendukung program budi daya kakao. Anggaran tersebut diperuntukkan bagi pengadaan bibit, sambung pucuk kakao, dan pengendalian hama dan penyakit. Program ini ditargetkan untuk menjangkau sekitar 10 ribu petani di Kabupaten Polman pada tahap awal.
"Kakao akan menjadi komoditas unggulan Sulbar hingga 10 tahun ke depan karena memiliki prospek ekonomi dan peluang pasar yang jelas. Selain itu, harganya menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memajukan ekonomi daerah," tegas Gubernur Sulbar Suhardi Duka.
Dukungan dan Antusiasme Petani
Program budi daya kakao ini disambut antusias oleh petani di Kabupaten Polman, terutama mengingat harga kakao yang terus meningkat. Basri, salah seorang petani di Polman, menyatakan telah memilih menanam kakao karena pasarnya yang jelas, harga yang terus naik, dan adanya dukungan dari pemerintah.
Agustina Palimbong, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, menjelaskan bahwa Sulbar telah ditetapkan sebagai kawasan pengembangan dan sentra pengolahan kakao nasional dalam RPJMN 2025-2029. Kakao Sulbar memiliki keunggulan komparatif, didukung oleh kondisi alam yang sesuai dan keahlian petani lokal.
Dengan pemanfaatan teknologi pengendalian hama dan penyakit serta penggunaan bibit unggul, kualitas kakao Sulbar diharapkan semakin terjamin, sehingga daya saing di pasar internasional semakin meningkat. Hal ini juga diharapkan dapat menarik investasi di sektor perkebunan kakao Sulbar.
Program Panca Daya Sulbar: Visi Kesejahteraan Masyarakat
Program budi daya kakao merupakan bagian integral dari program Panca Daya Sulbar, visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulbar periode 2025-2030. Panca Daya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program, termasuk pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Program ini fokus pada pertumbuhan ekonomi inklusif, pengentasan kemiskinan, pembangunan SDM unggul, pembangunan infrastruktur, dan tata kelola pemerintahan yang baik. Menurunkan angka kemiskinan, yang saat ini mencapai 10,71 persen (sekitar 155,91 ribu jiwa), menjadi prioritas utama pemerintah Sulbar.
Dengan mayoritas penduduk Sulbar (sekitar 60 persen dari 1,5 juta jiwa) berprofesi sebagai petani, pengembangan sektor pertanian, khususnya budi daya kakao, menjadi solusi strategis untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Sulbar dalam jangka panjang.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani dan pada akhirnya mengurangi angka kemiskinan di daerah tersebut, sekaligus mengembalikan kejayaan Sulbar sebagai penghasil kakao terbaik di Pulau Sulawesi.