Tahanan Kasus Kosmetik Berbahaya di Makassar: Tak Ada Perlakuan Istimewa, Klaim Pihak Rutan
Kepala Rutan Kelas I Makassar membantah adanya perlakuan khusus terhadap tiga tersangka kasus kosmetik berbahaya, menegaskan semua tahanan mendapat perlakuan sama sesuai prosedur dan standar operasional.

Makassar, 16 Februari 2024 - Tiga tersangka kasus pembuatan dan peredaran kosmetik berbahaya yang ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Makassar menjadi sorotan publik. Muncul kabar bahwa mereka mendapat perlakuan istimewa. Namun, Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan, Andi Erdiyangsah Bahar, dengan tegas membantahnya. Pernyataan ini disampaikannya Sabtu lalu menanggapi rumor yang beredar luas di masyarakat Sulawesi Selatan.
Penjelasan Pihak Rutan Mengenai Tahanan
Beredar kabar bahwa Mira Hayati, salah satu tersangka dan pemilik kosmetik berbahaya, bebas keluar masuk Rutan karena alasan kesehatan. Dua tersangka lain, Mustadir Daeng Sila dan Agus Salim, juga disebut mendapat perlakuan khusus. Erdiyangsah membantah semua tuduhan tersebut. Ia menjelaskan bahwa keluar masuknya Mira Hayati dari Rutan dilakukan sesuai prosedur dan atas rekomendasi medis dari Klinik DR. Sahardjo Rutan Makassar, bukan karena perlakuan istimewa.
"Tidak ada perlakuan khusus bagi mereka di tahanan" tegas Erdiyangsah. "Semua prosedur yang dilakukan sudah sesuai aturan. Mira Hayati dirujuk ke RS Wahidin karena kondisi kesehatannya membutuhkan penanganan lebih lanjut, bukan karena keistimewaan," tambahnya. Ia menekankan bahwa Mira Hayati berada di bawah pengawasan Kejaksaan dan keluar masuknya harus seizin dan dengan pengawalan pihak Kejaksaan.
Terkait kabar Mustadir Daeng Sila dan Agus Salim mendapat fasilitas khusus, Erdiyangsah kembali membantahnya. Ia menegaskan bahwa semua tahanan dan warga binaan di Rutan Kelas I Makassar mendapatkan perlakuan yang sama, tanpa kecuali. Kondisi kelebihan kapasitas Rutan, mencapai 100 persen, dengan jumlah penghuni 2.225 orang dari kapasitas ideal 1.000 orang, semakin memperkuat pernyataan ini. Bahkan, sel khusus untuk tahanan baru pun kelebihan kapasitas.
Konfirmasi dari Pihak Medis dan Kepala Rutan
Dokter St Wahida Jalil dari Klinik DR. Sahardjo Rutan Kelas I Makassar membenarkan kondisi kesehatan Mira Hayati yang mengkhawatirkan. "Pasien memiliki riwayat hipertensi, preeklamsia, dan gawat janin. Setelah observasi 24 jam, kami menyimpulkan ia membutuhkan perawatan di RSUP Wahidin Sudirohusodo karena tensinya tidak stabil, mengalami diare, sesak, dan pembengkakan kaki," jelasnya. Kondisi kesehatan Mira Hayati menjadi alasan utama rujukan ke rumah sakit.
Kepala Rutan Kelas I Makassar, Jayadikusumah, turut menegaskan kembali bahwa semua prosedur di Rutan telah sesuai peraturan dan tidak ada perlakuan istimewa bagi siapa pun. "Kami tidak akan memberikan perlakuan khusus kepada siapa pun, apalagi bagi tahanan kasus yang sedang viral. Rutan hanya menjalankan tugasnya sesuai regulasi yang berlaku," tegas Jayadikusumah.
Kesimpulan
Dari berbagai keterangan yang disampaikan pihak Rutan dan tim medis, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada para tersangka kasus kosmetik berbahaya. Semua prosedur yang dilakukan telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan peraturan yang berlaku. Kondisi kesehatan Mira Hayati yang memburuk menjadi alasan utama rujukan ke rumah sakit, bukan karena perlakuan istimewa. Kelebihan kapasitas Rutan juga menunjukkan bahwa semua tahanan berada dalam kondisi dan perlakuan yang sama.