Tahukah Anda? Indonesia Paling Strategis Dorong Perdamaian Thailand Kamboja Lewat ASEAN
Pakar UMY sebut Indonesia memiliki posisi strategis untuk mendorong perdamaian Thailand Kamboja melalui mekanisme ASEAN, menguji relevansi organisasi kawasan.

Konflik militer antara Thailand dan Kamboja kembali memanas sejak Kamis (24/7) lalu. Situasi ini menjadi perhatian serius di kawasan Asia Tenggara. Pakar studi ASEAN UMY, Zain Maulana, menyoroti urgensi penyelesaian konflik tersebut.
Zain Maulana menyatakan bahwa Indonesia memiliki posisi paling strategis. Indonesia dapat mendorong perdamaian melalui mekanisme ASEAN. Hal ini mirip dengan kasus sengketa Sipadan dan Ligitan sebelumnya.
Sengketa klaim wilayah yang tak kunjung usai menjadi akar permasalahan. Konflik ini menguji relevansi ASEAN sebagai organisasi kawasan. Indonesia diharapkan proaktif mengambil peran penting dalam mediasi.
Posisi Strategis Indonesia dalam Mediasi
Pakar UMY Zain Maulana menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi terbesar untuk mendorong perdamaian dan penyelesaian masalah di level ASEAN. Ia membandingkan situasi ini dengan konflik Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia di masa lalu. Namun, terdapat perbedaan mencolok dalam pendekatan penyelesaiannya. Thailand dan Kamboja belum menunjukkan keinginan proaktif untuk berunding secara internasional.
Zain Maulana berpendapat bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab moral sekaligus posisi strategis. Hal ini untuk mendorong keterlibatan ASEAN membantu menyelesaikan konflik tersebut. Meskipun Indonesia memiliki banyak 'mainan' baru di luar sana seperti BRICS, peran di ASEAN tidak dapat ditinggalkan. Ini menunjukkan pentingnya peran aktif Indonesia di kawasan.
Indonesia, dengan pengalamannya dalam diplomasi regional, dapat menjadi katalisator penting. Dorongan untuk perdamaian Thailand Kamboja akan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Ini juga menegaskan komitmen Indonesia terhadap stabilitas regional. Peran ini sangat krusial untuk masa depan ASEAN.
Tantangan ASEAN dan Peran Diplomasi
Konflik militer yang kembali memanas ini menjadi ujian besar bagi relevansi ASEAN sebagai organisasi kawasan. Zain Maulana menilai organisasi tersebut masih terhambat oleh sikap non-intervensi yang kaku. ASEAN cenderung menunggu daripada proaktif mengambil langkah. Organisasi ini baru akan bertindak aktif jika diminta langsung atau jika eskalasi konflik berdampak signifikan.
Sikap non-intervensi yang terlalu kaku dapat menghambat efektivitas ASEAN dalam menjaga stabilitas regional. Kasus ini menyoroti kebutuhan akan mekanisme yang lebih responsif. ASEAN perlu menunjukkan kemampuan untuk bertindak cepat. Ini demi mencegah eskalasi konflik yang lebih besar.
Zain Maulana meyakini pola diplomasi Presiden Prabowo Subianto akan menjadi menarik dalam menyikapi isu ini. Prabowo memiliki latar belakang pertahanan dan militer yang kuat. Ini seharusnya menjadi pertaruhan penting bagi Prabowo. Bagaimana ia menuntun atau terlibat dalam isu perdamaian Thailand Kamboja menggunakan platform ASEAN akan sangat dinanti.