Tahukah Anda? Kemenkeu Pacu Penyerapan Program Prioritas Prabowo untuk Dorong Ekonomi Nasional di Semester II
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan mengakselerasi penyerapan program prioritas Prabowo pada semester II-2025. Apa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan memacu percepatan serapan program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Langkah strategis ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih kuat pada semester II-2025.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyampaikan urgensi ini di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (24/7). Menurutnya, percepatan belanja pemerintah menjadi kunci utama dalam strategi ekonomi saat ini.
Target defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 telah ditetapkan sebesar 2,78 persen. Pencapaian target ini sangat bergantung pada eksekusi cepat berbagai program belanja pemerintah, termasuk inisiatif prioritas.
Strategi Percepatan Belanja dan Dampaknya pada APBN
Febrio Kacaribu secara tegas menyatakan bahwa percepatan belanja pemerintah adalah strategi utama yang harus dijalankan. Ini mencakup seluruh program prioritas yang telah dicanangkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Pelaksanaan program-program ini diharapkan mampu mendukung rebound ekonomi Indonesia. Fokus utama adalah pada semester kedua tahun 2025, setelah periode yang mungkin mengalami perlambatan.
Penetapan defisit APBN 2025 sebesar 2,78 persen bukanlah angka tanpa pertimbangan. Angka ini melibatkan perencanaan cermat terhadap banyak program belanja pemerintah yang memerlukan eksekusi efisien dan tepat waktu.
Dengan akselerasi ini, pemerintah berharap dapat menjaga stabilitas fiskal. Sekaligus memberikan dorongan signifikan bagi aktivitas ekonomi di berbagai sektor.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Pengaruh Negosiasi Dagang
Selain percepatan belanja, faktor eksternal juga memberikan kontribusi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia. Hasil dari negosiasi dagang terkait tarif impor dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu pemicu.
Kesepakatan ini berdampak signifikan pada aktivitas manufaktur dalam negeri. Industri-industri di Indonesia kini memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di pasar internasional.
Sebelumnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk paruh kedua 2025 dipandang cukup lemah, diperkirakan hanya mencapai level 4,7 persen. Angka ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ekonom.
Namun, dengan adanya perkembangan positif ini, pemerintah kini cukup optimistis. Pertumbuhan ekonomi diyakini bisa berbalik arah dan mencapai angka di atas 5 persen, bahkan mungkin lebih tinggi.
Wacana Stimulus Ekonomi Lanjutan dan Kebijakan Prioritas
Meski demikian, ketika ditanya mengenai peluang penambahan stimulus untuk memacu pertumbuhan ekonomi di semester II, Febrio Kacaribu belum memberikan jawaban konkret. Hal ini menunjukkan kehati-hatian pemerintah dalam mengambil kebijakan fiskal.
Sebelumnya, pemerintah memang telah merencanakan kelanjutan program paket stimulus ekonomi. Rencana ini dijadwalkan pada kuartal III 2025, bertujuan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sudah ada.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, mengonfirmasi bahwa pemerintah sedang memfinalisasi sejumlah kebijakan lanjutan. Kebijakan ini merupakan bagian dari stimulus yang telah digelontorkan pada Juni-Juli 2025.
Haryo belum dapat merinci bentuk insentif yang akan diberikan. Ia menyebut bahwa stimulus sebelumnya masih dalam tahap evaluasi, sementara kebijakan baru yang tengah disusun akan lebih berfokus pada program-program prioritas.