Tahukah Anda? Proyek M4CR Wujud Kontribusi Indonesia dalam Restorasi Ekosistem Global
Wamenhut tegaskan proyek M4CR adalah kontribusi nyata Indonesia dalam restorasi ekosistem global, berfokus pada rehabilitasi mangrove dan ketahanan pesisir. Simak detailnya!

Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Sulaiman Umar Siddiq menegaskan bahwa proyek Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) merupakan salah satu kontribusi nyata Indonesia dalam upaya restorasi ekosistem global. Inisiatif ini mencakup pemulihan hutan, mangrove, dan lahan basah demi kondisi lingkungan yang lebih sehat. Pernyataan ini disampaikan pada pembukaan Mangrove Festival (Mangrofest) 2025 di Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Rabu (30/7).
Program M4CR dirancang untuk memperkuat ketahanan wilayah pesisir melalui serangkaian kegiatan restorasi mangrove yang komprehensif. Selain itu, proyek ini juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal serta kolaborasi lintas sektor. Hal ini menunjukkan komitmen serius Indonesia dalam aksi iklim berbasis alam.
Dengan target luas 41.000 hektare hingga tahun 2027, M4CR menjadi program rehabilitasi mangrove berskala nasional. Program ini berfokus pada empat provinsi prioritas, yaitu Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara, demi mencapai tujuan konservasi dan pembangunan berkelanjutan.
M4CR: Pilar Ketahanan Pesisir dan Restorasi Ekosistem
Proyek Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) merupakan inisiatif strategis yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan, bekerja sama dengan Bank Dunia. Program ini memiliki visi besar untuk membangun ketahanan wilayah pesisir Indonesia. Fokus utamanya adalah melalui restorasi ekosistem mangrove yang terdegradasi.
Wamenhut Sulaiman Umar Siddiq menekankan bahwa M4CR bukan sekadar program penanaman, melainkan wujud nyata komitmen Indonesia dalam aksi iklim berbasis alam. Proyek ini berkontribusi signifikan terhadap restorasi ekosistem global, memastikan bahwa upaya konservasi tidak hanya berdampak lokal tetapi juga global. Ini sejalan dengan upaya internasional dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Pelaksanaan rehabilitasi mangrove dalam kerangka M4CR tersebar di empat provinsi prioritas. Provinsi-provinsi tersebut meliputi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Dengan target ambisius seluas 41.000 hektare hingga tahun 2027, program ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi ekologis pesisir secara masif.
Pemberdayaan Masyarakat dan Mangrofest 2025
Pendekatan berbasis masyarakat menjadi inti dari keberhasilan proyek M4CR. Direktur Jenderal PDASRH Kementerian Kehutanan, Dyah Murtiningsih, sebelumnya telah menyampaikan bahwa keterlibatan aktif masyarakat sangat krusial. Tujuannya adalah agar upaya konservasi tidak hanya berhenti pada tahap penanaman, tetapi berlanjut pada perawatan dan pemanfaatan berkelanjutan.
Keterlibatan masyarakat memastikan bahwa program rehabilitasi mangrove memiliki keberlanjutan jangka panjang. Mereka berperan dalam menjaga ekosistem yang telah dipulihkan dan bahkan mengembangkan potensi ekonomi dari sumber daya mangrove secara lestari. Hal ini menciptakan sinergi antara konservasi dan kesejahteraan lokal.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan M4CR, Kementerian Kehutanan menggelar Mangrove Festival (Mangrofest) 2025. Festival ini berlangsung mulai akhir Juli hingga Oktober mendatang. Mangrofest 2025 menampilkan berbagai inovasi, kearifan lokal, dan praktik baik dalam rehabilitasi mangrove dari berbagai daerah di Indonesia.
Mangrofest 2025 juga diharapkan dapat menumbuhkan komitmen lintas sektor dan lintas generasi. Tujuannya adalah untuk bersama-sama menjaga hutan mangrove sebagai penyangga masa depan pesisir Indonesia. Acara ini menjadi platform penting untuk edukasi dan peningkatan kesadaran akan pentingnya ekosistem mangrove.