Tarif 125 Persen Trump: China Tegas Tak Takut Perang Dagang
Meskipun enggan terlibat perang dagang, China menegaskan tidak gentar menghadapi tarif 125 persen yang dijatuhkan Presiden Trump, dan akan terus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kepentingan nasional.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap produk-produk asal China hingga 125 persen. Pengumuman ini disampaikan melalui media sosial, menyusul penundaan selama 90 hari atas tarif timbal balik ke berbagai negara. Kenaikan tarif ini memicu reaksi tegas dari pemerintah China yang menyatakan tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan yang dianggap merugikan rakyat Tiongkok dan merusak sistem perdagangan multilateral.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, menegaskan bahwa China tidak menginginkan perang dagang, tetapi juga tidak takut. Pernyataan tersebut menekankan bahwa tindakan balasan akan terus dilakukan hingga Amerika Serikat menghentikan kebijakan yang dianggap sebagai intimidasi. Lin Jian juga mempertanyakan tindakan AS yang dianggap mengutamakan kepentingan sendiri di atas kebaikan publik internasional.
Kenaikan tarif 125 persen oleh Trump, yang diumumkan pada Rabu (9/4) waktu AS, menimpa sejumlah negara mitra dagang AS. Namun, Trump juga mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif timbal balik yang lebih tinggi, dengan syarat negara-negara tersebut tidak melakukan tindakan balasan dan berupaya mencari solusi atas isu-isu perdagangan.
Respons China atas Tarif 125 Persen
China merespon kebijakan tarif AS dengan tegas. Pemerintah China menganggap tindakan AS sebagai pelanggaran aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan merusak sistem perdagangan multilateral. Sebagai balasan, China telah memberlakukan tarif baru sebesar 84 persen terhadap barang-barang asal AS dan melayangkan tuntutan ke WTO.
Lin Jian menekankan bahwa China akan terus mengambil langkah-langkah kuat untuk melindungi hak dan kepentingan nasionalnya yang sah. Ia juga menyatakan bahwa tindakan AS yang melawan tren zaman tidak akan mendapat dukungan dan akan berakhir dengan kegagalan. China mendesak AS untuk memperlakukan negara lain dengan kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan dalam negosiasi tarif.
Lebih lanjut, Lin Jian juga menyoroti dampak negatif dari hubungan China-AS yang memburuk terhadap fondasi sosial dan hubungan antarmasyarakat kedua negara. Hal ini telah menghambat pertukaran dan kerja sama di berbagai bidang. Namun, China tetap teguh dalam melindungi kepentingannya.
Dampak Global dan Tuntutan ke WTO
Pengumuman Trump tentang tarif baru tersebut berdampak signifikan di pasar global. Bursa Wall Street melonjak tajam setelah pengumuman penundaan tarif dan penetapan tarif yang lebih rendah. Namun, langkah China untuk memberlakukan tarif balasan dan mengajukan tuntutan ke WTO menunjukkan bahwa ketegangan perdagangan antara kedua negara masih berpotensi meningkat.
China, dalam pernyataannya kepada WTO, menyatakan keprihatinan mendalam dan penolakan tegas terhadap langkah-langkah AS yang dianggap sembrono. Beijing menuduh Washington melanggar aturan WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral. China mendorong Sekretariat WTO untuk meneliti dampak kebijakan tarif timbal balik terhadap perdagangan global dan melaporkan temuannya kepada seluruh anggota.
Sebagai penutup, situasi perdagangan antara China dan AS tetap tegang. Meskipun China menyatakan tidak menginginkan perang dagang, tetapi mereka bersiap menghadapi konsekuensi dan akan terus mempertahankan kepentingan nasionalnya. Langkah-langkah balasan yang diambil China, termasuk tuntutan ke WTO, menunjukkan betapa seriusnya situasi ini dan potensi dampaknya terhadap perekonomian global.
Pernyataan Trump yang menyebutkan bahwa penangguhan tarif diberikan karena negara-negara tersebut telah menghubungi mitra mereka di AS untuk mencari solusi, dan tidak melakukan tindakan balasan, menunjukkan adanya upaya diplomasi di tengah ketegangan. Namun, langkah tegas China menunjukkan bahwa negosiasi masih membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.