Tarif Trump Ancam Harga Barbie dan Hot Wheels Naik!
Kebijakan tarif resiprokal AS berpotensi menaikkan harga mainan Barbie dan Hot Wheels di pasar global, karena Indonesia merupakan produsen utama.

Jakarta, 30 April 2024 - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap harga mainan, khususnya Barbie dan Hot Wheels. Kebijakan ini berpotensi langsung mempengaruhi harga jual kedua produk tersebut di pasar internasional, termasuk di AS sendiri. Indonesia, sebagai produsen utama, akan merasakan dampak signifikan dari kebijakan ini.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa boneka Barbie, yang sebagian besar diproduksi di Indonesia, merupakan salah satu produk ekspor unggulan ke AS. Hal ini menjadi fokus pembahasan dalam diskusi beliau dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, di Washington, D.C. "Barbie, boneka itu majority bikinan dari kita. Jadi waktu pertemuan dengan US Treasury, muncul percakapan mengenai Barbie karena Amerika impor Barbie paling besar dan produsen terbesar memang dari Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta.
Dampak kebijakan tarif AS ini tidak hanya terbatas pada Barbie. Hot Wheels, merek miniatur mobil yang juga sebagian diproduksi di Indonesia, turut berpotensi mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga ini dikhawatirkan akan berdampak luas, terutama menjelang musim liburan seperti Natal dan Black Friday, di mana permintaan mainan anak-anak meningkat signifikan. "(Mainan) ini penting karena nanti mereka akan (merayakan) Christmas, Black Friday dan setiap nenek-nenek akan membeli hadiah untuk cucunya, ditaruh di pohon natalnya . Nah dengan adanya retaliasi (tarif) ini akan sangat memengaruhi harga-harga mainan," tuturnya.
Dampak pada Industri Manufaktur Indonesia
Pabrik boneka Barbie terbesar dunia berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, di bawah naungan PT Mattel Indonesia (PTMI). Pada tahun 2021, pabrik ini memproduksi lebih dari 85 juta boneka dan aksesoris Barbie. Selain Barbie, PTMI juga memproduksi Hot Wheels, meskipun produksi utamanya berada di Malaysia. Kenaikan tarif impor akan mengancam daya saing industri manufaktur Indonesia, khususnya sektor padat karya seperti mainan, pakaian jadi, dan alas kaki.
Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga daya saing industri manufaktur Indonesia. Ia mencontohkan beberapa merek sepatu terkenal seperti Converse, Adidas, dan Nike yang juga diproduksi di Indonesia. Perubahan dalam rantai pasok global akibat kebijakan tarif ini berpotensi mengancam lapangan kerja di Indonesia. "Kita juga perlu untuk menjaga agar produksi eksportir kita yang kompetitif dan baik, termasuk sebetulnya dalam hal ini adalah pakaian jadi dan sepatu," jelasnya.
Tidak hanya berdampak pada industri, kebijakan tarif resiprokal ini juga akan berdampak langsung pada konsumen di AS. Kenaikan harga mainan akan membebani daya beli masyarakat, khususnya menjelang musim liburan. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan proteksionis tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi, tetapi juga berdampak sosial yang luas.
Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya strategi untuk menghadapi tantangan ini. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk menjaga daya saing produk Indonesia di pasar global, termasuk melalui diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan efisiensi produksi. Dengan demikian, dampak negatif dari kebijakan tarif resiprokal AS dapat diminimalisir.
Ancaman terhadap Pasar Global
Kebijakan tarif resiprokal AS ini menimbulkan ancaman serius bagi pasar mainan global. Indonesia, sebagai salah satu produsen utama, akan merasakan dampaknya secara signifikan. Kenaikan harga Barbie dan Hot Wheels akan mempengaruhi konsumen di seluruh dunia, bukan hanya di AS. Hal ini menunjukkan betapa kebijakan proteksionis dapat berdampak luas dan merugikan banyak pihak.
Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan strategi untuk menghadapi dampak negatif kebijakan ini. Kerjasama internasional dan negosiasi perdagangan yang efektif sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dan melindungi industri manufaktur dalam negeri. Penting untuk diingat bahwa dampaknya tidak hanya terbatas pada industri mainan, tetapi juga sektor padat karya lainnya.
Kesimpulannya, kebijakan tarif resiprokal AS berpotensi menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia, khususnya industri manufaktur dan konsumen di AS. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan ini dan melindungi kepentingan nasional.