Teknologi Nuklir: Diagnosis Kesehatan yang Lebih Akurat dan Cepat
Indonesia memanfaatkan teknologi nuklir untuk meningkatkan layanan kesehatan, khususnya dalam diagnosis penyakit, dengan berbagai alat medis canggih dan radiofarmaka yang sebagian besar diproduksi dalam negeri.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indonesia memanfaatkan teknologi nuklir untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan diagnosis penyakit. Pemerintah dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berperan aktif dalam pengembangan dan penerapan teknologi ini. Terdapat 14 fasilitas kedokteran nuklir yang beroperasi penuh di Indonesia, meskipun jumlah ini masih kurang dibandingkan negara tetangga. Pemanfaatan teknologi nuklir bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada layanan kesehatan luar negeri. Teknologi ini diterapkan melalui berbagai alat dan radiofarmaka yang diproduksi sebagian besar di dalam negeri, menunjukkan kemajuan signifikan dalam riset dan inovasi teknologi nuklir di Indonesia.
Pemanfaatan teknologi nuklir dalam bidang kesehatan di Indonesia terus berkembang pesat. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Dengan teknologi ini, diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan lebih akurat dan cepat, sehingga penanganan medis dapat diberikan secara tepat waktu.
Meskipun jumlah fasilitas kedokteran nuklir di Indonesia masih terbatas, upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas terus dilakukan. Harapannya, ke depannya, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi pergi ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan berbasis teknologi nuklir yang canggih dan akurat.
Teknologi Nuklir untuk Kesehatan: Inovasi dari Tanah Air
Berbagai peralatan medis dan produk kesehatan memanfaatkan teknologi nuklir untuk menangani berbagai penyakit. Beberapa contohnya adalah Kamera Gamma, Renograf dan Thyroid Uptake, Radiofarmaka I-131 Hippuran, Biomaterial untuk Keperluan Klinis, Mo-99/Tc-99 Generator, dan I-131 Oral Solution. Semua ini menunjukkan kemajuan pesat Indonesia dalam penguasaan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Kamera Gamma, misalnya, digunakan dalam penelitian kanker payudara dan prostat, serta riset penyakit jantung, tulang, otak, dan fungsi ginjal. Keunggulannya terletak pada informasi fisiologis yang akurat dan cepat. Alat ini bahkan lebih murah dibandingkan produk impor.
Renograf XP USB, alat periksa fungsi ginjal berbasis teknik nuklir, telah tervalidasi oleh Badan Tenaga Atom Internasional. Sementara Thyroid Uptake digunakan untuk mendiagnosis gangguan kelenjar gondok dengan menggunakan isotop Iodium-131 (I-131).
Radiofarmaka I-131 Hippuran, diproduksi oleh BATAN dan PT. Inuki, digunakan untuk pemindaian tulang dan pemeriksaan fungsi ginjal. Produksi I-131 Hippuran mencapai 4.800 mCi per tahun, meskipun kebutuhannya masih sangat besar seiring meningkatnya kasus penyakit ginjal.
Biomaterial dan Radioisotop: Kemandirian Indonesia
Indonesia juga telah berhasil memproduksi biomaterial untuk keperluan klinis, seperti allograf tulang manusia, xenograft tulang sapi, dan membran amnion. Produksi ini penting mengingat kebutuhan biomaterial yang tinggi, mencapai 1,4 juta pcs pada tahun 2014 dan terus meningkat.
BATAN dan PT Inuki juga berhasil memproduksi Mo-99/Tc-99 Generator dan I-131 Oral Solution, bahkan mampu melakukan ekspor ke beberapa negara Asia. Harga produk dalam negeri jauh lebih murah dibandingkan produk impor. Hal ini menunjukkan kemandirian Indonesia dalam produksi radioisotop.
Keberhasilan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk membangun kemandirian di sektor kesehatan dan farmasi. Peningkatan riset dan inovasi di bidang kesehatan, termasuk yang berbasis teknologi nuklir, sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Prestasi Peneliti Indonesia di Bidang Kedokteran Nuklir
Peneliti Indonesia, seperti Joko Sumanto dari BATAN, telah berkontribusi besar dalam pengembangan teknologi kedokteran nuklir. Ia menciptakan Renograf, alat deteksi kelainan ginjal berbasis energi nuklir yang mayoritas komponennya berasal dari dalam negeri.
Inovasi ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat dengan biaya yang lebih terjangkau. Prestasi ini sejalan dengan harapan Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Prof. Dr. drh. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, M.Si, yang menekankan pentingnya riset dan inovasi untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan kompetitif.
BRIN juga berperan aktif dalam riset teknologi daur ulang bahan bakar nuklir dan limbah radioaktif, memastikan keberlanjutan dan keamanan pemanfaatan teknologi nuklir.
Untuk mendukung kemajuan kedokteran nuklir di Indonesia, diperlukan dukungan berkelanjutan terhadap riset dan inovasi, terutama dari institusi pendidikan. Hal ini akan menghasilkan produk-produk kesehatan yang lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat.
Peningkatan upaya kemandirian dalam pembuatan obat, vaksin, dan alat kesehatan di dalam negeri juga sangat penting untuk memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.