11 Mahasiswa UI Raih Beasiswa IAEA senilai Rp440 Juta untuk Pengembangan Kedokteran Nuklir
Sebelas mahasiswa program Magister Fisika Medik UI menerima beasiswa dari IAEA senilai total Rp440 juta untuk pengembangan kedokteran nuklir di Indonesia guna mendukung transformasi kesehatan nasional.

Sebelas mahasiswa program Magister Fisika Medik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), berhasil meraih beasiswa dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Beasiswa senilai total sekitar Rp440 juta atau sekitar US$26.900 ini diberikan dalam bentuk pelatihan di bawah proyek nasional IAEA INS6022 yang berjudul "Ekspansi Kedokteran Radiasi di Indonesia". Penyerahan beasiswa ini merupakan kabar baik bagi pengembangan sektor kesehatan di Indonesia, khususnya di bidang kedokteran nuklir.
Program beasiswa ini sejalan dengan upaya transformasi sektor kesehatan yang digagas oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Salah satu aspek utama transformasi kesehatan nasional adalah pengembangan pusat-pusat onkologi di seluruh provinsi. Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, terutama dalam penyediaan pengobatan kanker. Dengan tersedianya pusat onkologi yang memadai, diharapkan akses masyarakat terhadap pengobatan kanker akan semakin mudah dan merata.
Dekan FMIPA UI, Prof. Dede Djuhana, menyatakan bahwa pengembangan teknologi kedokteran nuklir membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas dan kompeten. Beasiswa ini diharapkan dapat menghasilkan fisikawan medik yang unggul dan siap mendukung layanan kesehatan optimal bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan komitmen UI dalam mencetak lulusan yang tidak hanya memiliki keahlian akademik yang mumpuni, tetapi juga siap berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Beasiswa IAEA untuk Pengembangan Kedokteran Nuklir di Indonesia
Penerima beasiswa tersebut adalah Asyifa Khoerunnisa, Fulki Fiarka Djoni, Parinza Ananda, Hany Yuliati, Jenni Natalia Corebima, Hendra Himawan, Rosa Desinta, Abdurrahman Aziz Wicaksono, Aulia Firma, Antonius Fajar Adinegoro, dan Rohma Novitasari. Kesebelas mahasiswa berbakat ini akan mengikuti program pelatihan selama delapan bulan, mulai Februari hingga September 2025. Pelatihan akan diselenggarakan di berbagai pusat kedokteran nuklir di Indonesia.
Selama pelatihan, para mahasiswa akan dilatih berbagai keterampilan praktik klinis. Keterampilan tersebut meliputi kalibrasi peralatan kedokteran nuklir, perhitungan dosis radiasi internal untuk pasien kedokteran nuklir, jaminan kualitas peralatan kedokteran nuklir, serta perlindungan dan keselamatan radiasi dalam kedokteran nuklir. Keterampilan-keterampilan ini sangat penting untuk menjamin kualitas dan keamanan perawatan pasien yang menggunakan teknologi kedokteran nuklir.
Program pelatihan ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja di berbagai fasilitas kesehatan yang menggunakan teknologi nuklir. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Para mahasiswa akan mendapatkan pengalaman praktis yang berharga yang akan mempersiapkan mereka untuk karir di bidang kedokteran nuklir.
Dukungan Transformasi Kesehatan Nasional
Program beasiswa IAEA ini merupakan bentuk dukungan nyata terhadap transformasi kesehatan nasional. Dengan menghasilkan fisikawan medik yang kompeten, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas, khususnya dalam pengobatan kanker. Ketersediaan tenaga ahli yang terampil dalam bidang kedokteran nuklir akan menjadi kunci keberhasilan program transformasi kesehatan ini.
Pengembangan pusat-pusat onkologi di seluruh Indonesia membutuhkan tenaga ahli yang terlatih dan berpengalaman. Beasiswa IAEA ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, khususnya di bidang onkologi, akan semakin meningkat.
Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kerjasama internasional lainnya dalam mendukung pengembangan sektor kesehatan di Indonesia. Kerjasama seperti ini sangat penting untuk memastikan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang terampil dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Secara keseluruhan, beasiswa IAEA ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Dengan menghasilkan fisikawan medik yang kompeten, Indonesia semakin siap menghadapi tantangan dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas, khususnya dalam pengobatan kanker. Semoga program ini dapat terus berkelanjutan dan menghasilkan lebih banyak lagi tenaga ahli di bidang kedokteran nuklir.