Temanggung Siapkan Jalur Alternatif Antisipasi Longsor Susulan di Catgawen
Dinas PUPR Temanggung menyiapkan jalur alternatif di Jalan Nasional Temanggung-Wonosobo untuk mengantisipasi longsor susulan di Catgawen, Parakan, guna memastikan kelancaran arus mudik Lebaran 2025.

Temanggung, 24 Maret 2024 - Bencana longsor yang terjadi di tebing Sungai Galeh, Catgawen, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah, telah mengancam Jalan Nasional Temanggung-Wonosobo. Untuk mengantisipasi longsor susulan dan memastikan kelancaran lalu lintas, khususnya selama arus mudik dan balik Lebaran 2025, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Temanggung telah menyiapkan jalur alternatif.
Kepala Dinas DPUPR Kabupaten Temanggung, Hendy Wahyu Noerhidayat, menyatakan kesiapan tersebut dalam keterangannya di Temanggung, Senin. "Kita siapkan jalur alternatif untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di jalan nasional Temanggung-Wonosobo," ujarnya. Langkah ini diambil sebagai tindakan preventif mengingat tebing tersebut telah longsor dua kali selama musim hujan ini, dan kini hanya menyisakan sekitar lima meter tanah sebelum mencapai jalan nasional.
Antisipasi longsor susulan ini sangat penting, terutama menjelang musim mudik Lebaran. Sistem buka tutup akan diterapkan pada jalur alternatif yang telah dipersiapkan. "Untuk satu jalur sudah memenuhi syarat, untuk mengantisipasi suatu saat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terutama pada saat arus mudik atau balik Lebaran 2025," jelas Hendy.
Jalur Alternatif dan Sistem Buka Tutup
Jalur alternatif yang disiapkan oleh DPUPR Temanggung berada di Caturanom. Bahu jalan di jalur tersebut telah diperkeras dan pelebaran jalan hingga enam meter telah dilakukan. Dengan lebar enam meter, jalur alternatif ini dinilai cukup memadai untuk menampung lalu lintas kendaraan, meskipun sistem buka tutup akan diterapkan untuk mengatur arus lalu lintas secara efektif dan efisien.
Sistem buka tutup ini dipilih untuk memastikan keselamatan pengguna jalan dan juga untuk mengoptimalkan penggunaan jalur alternatif. Dengan sistem ini, diharapkan dapat meminimalisir potensi kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang mungkin terjadi akibat adanya longsor susulan.
Pemilihan jalur alternatif di Caturanom didasarkan pada pertimbangan teknis dan aksesibilitas. Lokasi ini dinilai strategis dan mudah diakses, sehingga dapat dengan cepat digunakan sebagai jalur alternatif jika terjadi longsor susulan di Catgawen.
Antisipasi Ancaman Longsor Susulan
Hendy Wahyu Noerhidayat menjelaskan bahwa ancaman longsor susulan bukan hanya berasal dari besarnya arus Sungai Galeh, tetapi juga dari limpasan air hujan. "Kalau kita melihat arus Sungai Galeh sekarang tidak begitu besar, tetapi air hujan dan limpasan air dari jalan bisa mengakibatkan longsor susulan," terangnya. Oleh karena itu, upaya penguatan tebing dilakukan secara bertahap, dengan prioritas pada bagian atas tebing untuk mencegah longsor susulan.
Langkah antisipasi ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam menangani potensi bencana alam dan memastikan keselamatan warga. Selain mempersiapkan jalur alternatif, upaya penguatan tebing juga terus dilakukan untuk mencegah terjadinya longsor susulan di masa mendatang. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, khususnya dalam menghadapi potensi bencana alam.
Dengan adanya jalur alternatif dan upaya penguatan tebing, diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari potensi longsor susulan di Catgawen. Pemerintah daerah terus memantau kondisi tebing dan siap mengambil langkah-langkah selanjutnya jika diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas di Jalan Nasional Temanggung-Wonosobo.
Persiapan jalur alternatif ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, khususnya dalam menghadapi potensi bencana alam dan memastikan kelancaran arus mudik dan balik Lebaran 2025. Dengan adanya jalur alternatif ini, diharapkan masyarakat dapat tetap merasa aman dan nyaman dalam melakukan perjalanan.
Upaya mitigasi bencana seperti ini sangat penting dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi akibat bencana alam. Dengan adanya antisipasi dan kesiapan yang matang, diharapkan dampak negatif dari bencana alam dapat diminimalisir.