Tiga Langkah Strategis Wujudkan Pesan Deklarasi Istiqlal: Penguatan Literasi Keagamaan dan Dialog Lintas Budaya
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Oman Fathurrahman mengusulkan tiga langkah strategis untuk mewujudkan pesan Deklarasi Istiqlal melalui penguatan literasi keagamaan, dialog lintas agama, dan pelestarian budaya lokal.

Jakarta, 27 Februari 2024 (ANTARA) - Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Oman Fathurrahman, mengusulkan tiga langkah strategis untuk mewujudkan pesan-pesan Deklarasi Istiqlal yang diteken Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, melalui penguatan budaya. Deklarasi tersebut menekankan pentingnya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan di tengah keberagaman. Langkah-langkah ini diusulkan dalam acara Ngaji Budaya yang diinisiasi Kementerian Agama di Jakarta.
Deklarasi Istiqlal, yang lahir saat kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, menyatakan bahwa kerukunan umat beragama harus bertujuan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, meskipun terdapat perbedaan keyakinan. Oman Fathurrahman, dalam keterangannya, memaparkan bagaimana tiga langkah strategis ini dapat merealisasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketiga langkah strategis tersebut meliputi penguatan literasi keagamaan berbasis budaya, peningkatan dialog lintas agama dan budaya, serta pelestarian tradisi dan artefak budaya bernafaskan agama. Menurutnya, nilai-nilai agama seharusnya menjadi solusi atas kejahatan kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, dan umat beragama memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan bumi bagi generasi mendatang. "Tanggung jawab moral kita sebagai umat beragama adalah memastikan bahwa bumi tetap lestari untuk generasi mendatang," tegas Oman.
Penguatan Literasi Keagamaan Berbasis Budaya
Langkah pertama yang diusulkan Oman adalah penguatan literasi keagamaan berbasis budaya. Hal ini dilakukan dengan memperdalam bacaan dan literasi keagamaan melalui tradisi dan artefak budaya Nusantara. Dengan memahami akar budaya dan agama secara mendalam, diharapkan dapat tercipta pemahaman yang lebih komprehensif dan toleran antarumat beragama.
Pendekatan ini menekankan pentingnya menggali khazanah budaya lokal sebagai sumber pembelajaran agama. Tradisi dan artefak budaya Nusantara menyimpan nilai-nilai luhur yang dapat memperkaya pemahaman keagamaan dan memperkuat identitas budaya bangsa. Dengan demikian, literasi keagamaan tidak hanya sebatas teks suci, tetapi juga mencakup pemahaman budaya yang melingkupinya.
Langkah ini diharapkan mampu menciptakan pemahaman agama yang lebih inklusif dan humanis, serta mampu menangkal paham-paham radikalisme yang seringkali mengatasnamakan agama.
Dialog Lintas Agama dan Budaya
Langkah kedua yang diusulkan adalah memperbanyak dialog lintas agama dan budaya. Oman menekankan pentingnya menekankan persamaan daripada mempermasalahkan perbedaan dalam dialog tersebut. Dengan saling memahami dan menghargai perbedaan, diharapkan dapat tercipta kerukunan dan persatuan di tengah keberagaman.
Dialog lintas agama dan budaya menjadi penting untuk membangun jembatan komunikasi dan pemahaman antarumat beragama. Perbedaan keyakinan tidak perlu menjadi penghalang untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati. Justru, perbedaan tersebut dapat menjadi kekuatan untuk saling belajar dan memperkaya satu sama lain.
Melalui dialog yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan dapat tercipta rasa saling percaya dan kerjasama antarumat beragama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Pelestarian Tradisi dan Artefak Budaya
Langkah ketiga yang diusulkan adalah melestarikan tradisi dan artefak budaya yang bernafaskan agama. Tradisi dan artefak budaya ini mencerminkan bagaimana umat menghayati dan mengekspresikan ajaran agamanya. Dengan melestarikan warisan budaya ini, kita dapat menjaga kelangsungan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa.
Tradisi dan artefak budaya yang bernafaskan agama merupakan bagian integral dari identitas budaya bangsa. Melestarikan warisan budaya ini berarti menjaga kelangsungan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini juga penting untuk memperkuat jati diri bangsa dan memperkokoh persatuan dan kesatuan.
Pelestarian tradisi dan artefak budaya ini juga dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama di Indonesia.
Susi Ivvaty dari Lesbumi NU menambahkan bahwa Islam di Nusantara berkembang secara harmonis dengan budaya lokal, menciptakan toleransi, inklusivitas, dan harmoni. Keberagaman budaya bukan ancaman, melainkan aset yang memperkaya ekspresi keberagamaan. Islam Nusantara membuktikan agama dan budaya dapat berjalan beriringan tanpa saling menegasikan.
Ketiga langkah strategis yang diusulkan oleh Oman Fathurrahman ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam mewujudkan pesan-pesan Deklarasi Istiqlal dan membangun Indonesia yang lebih rukun, damai, dan toleran.