Tokoh dan Ormas Agama Diminta Jadi Garda Terdepan Perdamaian Dunia
Ketua Umum LPOI, Kiai Haji Said Aqil Siradj, menyerukan tokoh dan ormas agama berperan aktif sebagai penyelesai konflik dan perdamaian, mengingat situasi global yang tidak kondusif.

Situasi global saat ini tengah dihadapkan pada berbagai tantangan serius, mulai dari eskalasi konflik dan peperangan, turbulensi ekonomi, hingga ancaman bencana ekologi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK), Kiai Haji Said Aqil Siradj, dalam acara Konsolidasi Bersama Tokoh Agama dan Ormas Keagamaan di Jakarta pada Rabu (30/4). Beliau menekankan pentingnya peran aktif tokoh dan organisasi masyarakat (ormas) agama dalam menciptakan perdamaian, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.
Menurut Kiai Said, Indonesia berpotensi menjadi contoh utama dalam mewujudkan perdamaian dunia. Oleh karena itu, ormas Islam dan ormas keagamaan serta para pemimpin agama tidak boleh hanya menjadi penonton pasif, melainkan harus mengambil peran aktif dalam menyelesaikan konflik dan membangun perdamaian. "Dalam hal ini, ormas-ormas Islam dan ormas keagamaan serta para pemimpin agama tidak boleh hanya jadi penonton dan tidak boleh terbawa ke dalam arus pertarungan yang tidak bersudut antarkepentingan," tegas KH. Said.
Kiai Said juga mengingatkan pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tokoh dan ormas agama harus tegas dan konsisten dalam mengedepankan kepentingan kedaulatan NKRI yang aman, damai, dan sentosa. Beliau menekankan perlunya mengcounter narasi negatif tentang Indonesia dengan narasi positif yang didukung langkah-langkah konkret. "Narasi Indonesia Gelap harus segera di-counter dengan narasi Indonesia Cerah dengan langkah langkah konkret,” tuturnya.
Peran Ormas dan Tokoh Agama dalam Menjaga Perdamaian
Dalam konteks dinamika global dan nasional saat ini, Kiai Said menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ormas dan tokoh agama harus berperan aktif dalam memperkuat sistem deteksi dini dan membangun kesiapsiagaan nasional untuk mencegah upaya-upaya yang dapat merusak Indonesia dari dalam maupun luar negeri. Beliau juga mengingatkan potensi ancaman dari kelompok radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang dapat berkembang dengan pola dan strategi baru.
Senada dengan Kiai Said, Deputi I BNPT Mayor Jenderal TNI Sudaryanto memaparkan tiga fungsi besar yang dapat diemban oleh tokoh agama dan ormas keagamaan. Pertama, sebagai penjaga moral dan etika publik, di mana suara pemuka agama sangat dibutuhkan untuk menjaga agar setiap langkah bangsa tetap berpijak pada nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kepedulian.
Kedua, sebagai penyeimbang antara negara dan masyarakat. Ormas keagamaan memiliki kedekatan dengan masyarakat dan akses komunikasi dengan pemerintah, sehingga dapat menjadi jembatan penghubung yang efektif. Ketiga, sebagai pelayan umat dan pendorong pemberdayaan sosial ekonomi, mengingat berbagai lembaga keagamaan memiliki kapasitas besar dalam menggerakkan ekonomi rakyat, mencerdaskan generasi, serta menjaga solidaritas sosial.
Mayor Jenderal TNI Sudaryanto menekankan pentingnya kolaborasi antara negara, ormas, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa dalam membangun masa depan Indonesia. "Ketiga fungsi ini, penjaga moral, penyeimbang sosial, dan pelayan umat, merupakan bentuk kontribusi konkret yang dapat terus dirawat dan dikembangkan,” ungkap Mayjen TNI Sudaryanto. Ia mengajak semua pihak untuk membangun masa depan bangsa dengan keseimbangan antara nilai dan nalar, kebijakan dan keadilan, serta pembangunan dan pengayoman.
Konsolidasi Kebangsaan: Peran Serta Ormas Islam
Konsolidasi Bersama Tokoh Agama dan Ormas Keagamaan tersebut dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta, yang terdiri dari pengurus ormas yang tergabung dalam LPOI/LPOK. Beberapa ormas yang hadir antara lain Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al Washliyah, Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad, Daru al Da'wah wa al Irsyad (DDI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Syarikat Islam, Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), Al Ittihadiyah, Muslimat NU, Aisyiyah, serta Mathla’ul Anwar. Kehadiran berbagai ormas ini menunjukkan komitmen bersama dalam menjaga perdamaian dan keutuhan NKRI.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran penting ormas agama dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di Indonesia. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, ormas agama, dan masyarakat, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.
Dalam era transisi yang penuh tantangan ini, peran ormas dan tokoh agama semakin krusial. Mereka tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga sebagai agen perubahan yang aktif dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan masyarakat.