Paus Leo XIV: Jembatan Dialog Antar Umat Beragama di Dunia
Terpilihnya Paus Leo XIV membuka peluang besar bagi dialog antarumat beragama global, sejalan dengan visi perdamaiannya, menurut Dewan Pakar BPIP Darmansjah Djumala.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Terpilihnya Paus Leo XIV sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik pada 8 Mei 2025 di Vatikan telah membuka peluang besar bagi terciptanya dialog antarumat beragama di dunia. Hal ini disampaikan oleh Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, dalam keterangan tertulisnya. Menurut Djumala, visi Paus Leo XIV yang menekankan pembangunan jembatan dan dialog untuk perdamaian dunia menjadi faktor kunci. Paus Leo XIV menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025.
Paus Leo XIV, dalam pidato pertamanya, menyatakan komitmen untuk melanjutkan misi pendahulunya. Komitmen ini dinilai sangat relevan dengan nilai-nilai yang diusung Indonesia dalam hubungan internasional, khususnya dalam membangun perdamaian dunia. Pernyataan ini disampaikan oleh Djumala yang melihat keselarasan antara visi Paus dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
Pernyataan Djumala ini didasari oleh pertemuan sebelumnya antara Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri, dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 3 Februari lalu. Dalam pertemuan tersebut, Megawati menekankan nilai-nilai universal Pancasila yang relevan bagi seluruh umat manusia. Hal ini diperkuat dengan penganugerahan UNESCO atas status Memory of the World bagi pidato Bung Karno tentang Pancasila, yang menunjukkan pengakuan internasional terhadap nilai-nilai tersebut.
Paus Leo XIV dan Nilai-Nilai Universal
Djumala secara khusus menyoroti misi Paus Leo XIV untuk membangun perdamaian dan keadilan dunia. Menurutnya, misi ini selaras dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kelima tentang keadilan sosial. Hal ini juga sejalan dengan cita-cita Pembukaan UUD 1945 yang menginginkan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Lebih lanjut, Djumala menjelaskan bahwa visi Paus Leo XIV untuk membangun jembatan dan dialog antarumat beragama sangat penting. Pemahaman dan saling menghormati antarumat beragama menjadi fondasi utama dalam membangun perdamaian. Oleh karena itu, program dialog antarumat beragama antara Indonesia dan Vatikan dinilai sangat relevan.
Djumala juga menekankan pentingnya program dialog antarumat beragama (interfaith dialog) sebagai jembatan untuk saling pengertian dan penghormatan. Program ini diharapkan dapat menebar benih perdamaian di dunia dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan harapan agar Paus Leo XIV bersama umatnya dapat terus mencari perdamaian dan keadilan, serta mengajak umat manusia untuk saling mengasihi.
Relevansi dengan Nilai-Nilai Pancasila
Keterkaitan antara misi Paus Leo XIV dan nilai-nilai Pancasila menjadi sorotan penting. Nilai keadilan dalam Pancasila, khususnya sila kelima, sejalan dengan misi perdamaian yang diemban Paus. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan visi antara Indonesia dan Vatikan dalam membangun perdamaian dunia.
Penganugerahan status Memory of the World oleh UNESCO atas pidato Bung Karno tentang Pancasila semakin memperkuat relevansi nilai-nilai Pancasila dalam konteks global. Nilai-nilai ini diakui sebagai nilai-nilai universal yang selaras dengan nilai-nilai kebajikan berbagai negara di dunia.
Dengan demikian, terpilihnya Paus Leo XIV bukan hanya peristiwa penting bagi Gereja Katolik, tetapi juga memiliki implikasi global dalam mendorong dialog antarumat beragama dan perdamaian dunia. Hal ini sejalan dengan semangat nilai-nilai universal yang dianut oleh berbagai negara, termasuk Indonesia.
Djumala menyampaikan apresiasi atas pernyataan Paus Leo XIV yang ingin membangun dialog dan jembatan. Menurutnya, perdamaian hanya dapat terwujud melalui saling pengertian dan saling menghormati antar pemeluk agama. Kerjasama dan dialog antarumat beragama menjadi kunci utama dalam mewujudkan perdamaian dunia yang berkelanjutan.
Sebagai mantan Duta Besar RI untuk Austria dan PBB, Djumala memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika politik dan hubungan internasional. Pengalamannya ini memberikan bobot pada pandangannya tentang pentingnya dialog antarumat beragama dalam menciptakan perdamaian dunia.
Kesimpulan
Terpilihnya Paus Leo XIV sebagai pemimpin Gereja Katolik memberikan harapan baru bagi terciptanya dialog antarumat beragama dan perdamaian dunia. Visi Paus yang menekankan dialog dan pembangunan jembatan, sejalan dengan nilai-nilai universal yang dianut Indonesia, khususnya nilai-nilai Pancasila. Kerjasama dan program dialog antarumat beragama antara Indonesia dan Vatikan menjadi kunci penting dalam mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan.