Tokoh Lintas Agama Surabaya Ikuti Misa Requiem untuk Paus Fransiskus
Tokoh lintas agama di Surabaya memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dalam Misa Requiem di Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya, mengenang kepemimpinannya yang inklusif dan merangkul semua umat beragama.

Surabaya, 23 April 2024 (ANTARA) - Sebuah Misa Requiem khidmat digelar di Gereja Hati Kudus Yesus Katedral Surabaya pada Selasa malam, 22 April 2024, untuk mengenang kepergian Paus Fransiskus. Upacara keagamaan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh lintas agama di Surabaya, yang turut memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin Gereja Katolik Roma ke-266 tersebut. Kehadiran mereka menandakan penghormatan mendalam atas jasa dan kepemimpinan Paus Fransiskus yang diakui secara luas.
Mewakili tokoh lintas agama, Rita Wahyu Wulandari, Dosen Filsafat Ibrani di Israel Bible Center, menyampaikan rasa kehilangannya atas berpulangnya Paus Fransiskus. Ia mengungkapkan bahwa kehadirannya di Misa Requiem merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi sosok pemimpin yang sangat ia kagumi. Kepemimpinan Paus Fransiskus, menurut Rita, sangatlah inklusif dan merangkul semua umat beragama tanpa terkecuali.
Paus Fransiskus, yang meninggal dunia pada usia 88 tahun di Roma, Italia, setelah menjalani perawatan akibat penyakit bronkitis dan pneumonia bilateral, meninggalkan warisan kepemimpinan yang menginspirasi banyak orang. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dan juga bagi mereka yang mengapresiasi komitmennya terhadap persatuan dan kerukunan antar umat beragama.
Kepemimpinan Inklusif Paus Fransiskus
Rita Wahyu Wulandari memberikan kesaksiannya mengenai sosok Paus Fransiskus. "Paus Fransiskus telah mewujudkan semangat konsili Vatikan yang kedua sehingga umat Kristen menjadi satu. Ini kesatuan yang dirindukan setelah kekristenan terpecah begitu banyak," katanya. Ia menekankan bahwa kepemimpinan Paus Fransiskus tidak hanya merangkul sesama umat Kristen dari berbagai denominasi, tetapi juga umat beragama lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen Paus Fransiskus terhadap dialog antaragama dan persaudaraan universal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Uskup Surabaya, Agustinus Tri Budi Utomo. Ia mengapresiasi kehadiran para tokoh lintas agama dalam Misa Requiem tersebut. "Kehadiran teman-teman tokoh lintas agama ini meneguhkan bahwa seorang tokoh agama itu bukan hanya tokoh bagi agamanya sendiri. Dia adalah tokoh agama yang berarti menjadi Bapak bagi semua orang. Jadi dia adalah milik semua orang," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap peran Paus Fransiskus dalam mempererat hubungan antarumat beragama.
Uskup Agustinus juga menekankan pentingnya meneruskan warisan kepemimpinan Paus Fransiskus yang mengedepankan persaudaraan antarumat beragama. "Persaudaraan antar umat beragama yang telah ditanamkan oleh Paus Fransiskus harus terus ditularkan," tuturnya. Ajakan ini menjadi pesan penting bagi semua pihak untuk terus menjaga dan memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Misa Requiem sebagai Simbol Persatuan
Misa Requiem yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lintas agama di Surabaya menjadi simbol persatuan dan penghormatan terhadap sosok Paus Fransiskus. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa pesan perdamaian dan persaudaraan yang disampaikan Paus Fransiskus selama hidupnya telah diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Kepergian Paus Fransiskus tentu menimbulkan kesedihan, namun warisan kepemimpinannya yang inklusif dan mengedepankan dialog antaragama akan terus dikenang dan diimplementasikan.
Kehadiran tokoh-tokoh lintas agama dalam Misa Requiem ini juga menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih terjaga dengan baik. Hal ini merupakan modal penting dalam membangun bangsa yang damai dan harmonis. Semoga semangat persaudaraan yang ditanamkan oleh Paus Fransiskus dapat terus menginspirasi semua pihak untuk mewujudkan Indonesia yang lebih rukun dan bersatu.
Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa Misa Requiem untuk Paus Fransiskus di Surabaya tidak hanya menjadi upacara keagamaan semata, tetapi juga menjadi momen penting dalam memperkuat persaudaraan antarumat beragama. Kehadiran tokoh-tokoh lintas agama menjadi bukti nyata bahwa warisan kepemimpinan Paus Fransiskus akan terus dikenang dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.