Tradisi Ngrowhod di Sleman: Melestarikan Alam dan Budaya Lokal
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, memuji tradisi Ngrowhod di Kalurahan Girikerto sebagai upaya pelestarian alam dan budaya lokal, sekaligus memperkuat solidaritas masyarakat.

Sleman, 27 April 2025 - Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, memberikan apresiasi tinggi terhadap tradisi Ngrowhod yang diselenggarakan masyarakat Kalurahan Girikerto, Kapanewon Turi, Sleman, Yogyakarta. Acara yang puncaknya digelar Minggu lalu ini dinilai sebagai wujud nyata pelestarian tradisi leluhur dan budaya lokal. Tradisi ini juga diyakini sebagai upaya menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar Gunung Merapi.
Puncak peringatan HUT ke-77 Kalurahan Girikerto dan Ngrowhod 2025, yang bertema 'Greget, Nawiji, Murakabi', diselenggarakan di Balai Budaya Girikerto, Sorowangsan. Dalam sambutannya, Wabup Danang berharap kegiatan ini dapat terus dilestarikan dan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang. Ia menekankan pentingnya tradisi Ngrowhod sebagai sarana untuk menanamkan rasa handarbeni (rasa memiliki dan tanggung jawab) terhadap lingkungan dan potensi daerah.
Lebih lanjut, Wabup Danang juga melihat tradisi Ngrowhod sebagai momentum untuk mempererat solidaritas, kekompakan, dan semangat gotong royong di tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan harapan agar Kalurahan Girikerto tetap bersih, lestari, dan maju. "Kegiatan ini juga sebagai sarana untuk menanamkan rasa handarbeni guna mengembangkan potensi daerah tempat tinggalnya serta menjadi sarana untuk melestarikan alam dan menjaga lingkungan," ujar Danang.
Tradisi Ngrowhod: Wujud Syukur dan Keselarasan dengan Alam
Lurah Girikerto, Sudibya, menjelaskan bahwa tradisi Ngrowhod merupakan bentuk rasa syukur warga atas karunia alam yang melimpah. Kalurahan Girikerto yang berada di lereng Gunung Merapi, menurutnya, harus selalu menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Hal ini sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sudibya menambahkan, "Dengan acara tasyakuran seperti ini, Girikerto senantiasa mendapatkan ayom, ayem, tentrem, gemah ripah loh jinawi (aman, tenteram, makmur, dan sejahtera)." Ia juga menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Rangkaian acara HUT ke-77 Kalurahan Girikerto dan Ngrowhod berlangsung selama dua minggu, mulai 12 hingga 27 April 2025. Berbagai kegiatan menarik digelar, seperti pasar malam, Pasar Ngrowhod, penampilan karawitan, jathilan, wayang kulit, ketoprak, ziarah makam mantan lurah dan pamong, sholawatan, dangdut, fun run, donor darah, dan upacara adat Ngrowod.
Sejarah Kalurahan Girikerto
Perlu diketahui bahwa peringatan HUT ke-77 Kalurahan Girikerto didasarkan pada Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tertanggal 19 April 1948, tentang Perubahan Daerah-Daerah Kalurahan dan Nama Namanya. Berdasarkan maklumat tersebut, Kalurahan Tanggung, Kalurahan Nangsri Lor, Kalurahan Kemirikebo, dan Kalurahan Ngandong resmi digabung menjadi satu Kalurahan yang diberi nama 'Girikerto'.
Peristiwa bersejarah ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Kalurahan Girikerto hingga saat ini. Tradisi Ngrowhod dan berbagai kegiatan lainnya dalam rangka HUT ke-77 Kalurahan Girikerto menjadi bukti nyata semangat persatuan dan kesatuan masyarakat dalam melestarikan budaya dan alam.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pelestarian budaya dan lingkungan. Tradisi Ngrowhod tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Melalui kegiatan ini, masyarakat Girikerto menunjukkan komitmennya untuk menjaga kelestarian alam dan melestarikan warisan budaya leluhur. Semoga tradisi Ngrowhod dapat terus berkembang dan menjadi ikon Kalurahan Girikerto.