Ruwatan di Kaki Merapi: Revitalisasi Pasar Tradisional Kumandhang
Komunitas Pasar Kumandhang di Sleman, Yogyakarta, menggelar 'Ruwatan di Kaki Merapi' pada 9 Februari 2025, sebuah ritual dan aksi penanaman pohon untuk merevitalisasi pasar tradisional sebagai ruang budaya dan ekonomi.
![Ruwatan di Kaki Merapi: Revitalisasi Pasar Tradisional Kumandhang](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/110053.898-ruwatan-di-kaki-merapi-revitalisasi-pasar-tradisional-kumandhang-1.jpg)
Pasar Kumandhang di Sleman, Yogyakarta, sukses menggelar acara "Ruwatan di Kaki Merapi 2025" pada Minggu, 9 Februari 2025. Acara yang unik ini menggabungkan ritual tradisional Jawa dengan aksi pelestarian lingkungan, menandai pembukaan resmi pasar dan upaya merevitalisasi peran pasar tradisional.
Menghidupkan Kembali Pasar Tradisional
Inisiatif ini muncul dari keprihatinan terhadap memudarnya vitalitas pasar tradisional. Tomon Haryowirosobo, Manajer Program Pasar Kumandhang, menjelaskan, pasar tradisional saat ini seringkali kehilangan ruhnya sebagai ruang hidup masyarakat. Pasar Kumandhang, dengan tagline 'Pasar Senine Wong Sleman', hadir sebagai solusi, berkolaborasi dengan akademisi Komunitas Seni Kehutanan (KSK) UGM, seniman, dan pegiat sastra.
Konsep Pasar Kumandhang tidak hanya berfokus pada transaksi ekonomi semata. Lebih dari itu, pasar ini dirancang sebagai wadah penguatan nilai-nilai budaya Jawa, seperti gotong royong dan kearifan lokal. Dengan demikian, pasar ini menjadi lebih dari sekadar tempat jual beli, tetapi juga ruang interaksi sosial dan pelestarian budaya.
Ruwatan dan Penanaman Pohon: Simbol Harmoni
Puncak acara "Ruwatan di Kaki Merapi" ditandai dengan prosesi ruwatan yang dipimpin oleh dalang ternama, Ki Suwanda. Sebanyak 25 peserta dari berbagai daerah di Indonesia turut serta dalam ritual tradisional ini. Ruwatan, sebagai simbol pembersihan diri dari energi negatif, menjadi ikhtiar kultural untuk menyemai harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
Setelah prosesi ruwatan, peserta melakukan aksi penanaman pohon di area Pasar Kumandhang. Aksi ini merepresentasikan komitmen nyata terhadap pelestarian lingkungan dan menunjukkan keselarasan antara kegiatan budaya dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan 'Gejog Lesung Kidung Giri Budaya' dari Ngemplak, Sleman, yang menampilkan kesenian tradisional khas Jawa.
Gotong Royong, Bukan Komersialisasi
Menariknya, seluruh biaya kegiatan ini berasal dari partisipasi dan gotong royong masyarakat. Meskipun peserta dikenai biaya pendaftaran, dana tersebut digunakan secara transparan untuk operasional acara, seperti sewa tenda, konsumsi, atribut, dan honor dalang. Hal ini menegaskan bahwa acara ini bukan berorientasi komersial, melainkan murni sebagai bentuk kolaborasi dan kepedulian terhadap pelestarian budaya dan lingkungan.
Pasar Kumandhang: Ruang Hidup Bernilai Budaya
Pasar Kumandhang hadir sebagai respons atas tergerusnya interaksi manusia di pasar modern. Konsep pasar ini dirancang untuk menjadi ruang hidup yang sarat nilai budaya, sebuah upaya konkret menjaga warisan leluhur sekaligus merawat ekosistem pasar tradisional. Dengan demikian, Pasar Kumandhang tidak hanya menjadi tempat transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan ruang interaksi sosial yang bermakna.
Keberhasilan acara "Ruwatan di Kaki Merapi" menunjukkan bahwa revitalisasi pasar tradisional dapat dilakukan dengan pendekatan budaya yang inovatif dan partisipatif. Semoga Pasar Kumandhang dapat menjadi contoh bagi pasar tradisional lainnya dalam menggabungkan aspek ekonomi, budaya, dan lingkungan secara harmonis.