Tragis! Dua Mahasiswa Hilang Terseret Ombak di Zona Bahaya Pantai Garut, Padahal Sudah Ada Bendera Merah
Dua mahasiswa dilaporkan hilang terseret ombak saat berenang di Pantai Puncak Guha, Garut, yang merupakan zona bahaya. Pencarian terus dilakukan, namun belum membuahkan hasil.

Dua orang mahasiswa dilaporkan hilang terseret arus ombak saat berenang di Pantai Puncak Guha, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Minggu (20/7) pagi. Kedua korban, Oka Mahbubu Rijal (22) dari Brebes dan Ripan Muhamad Yusup (20) dari Sumedang, nekat berenang di area yang sebenarnya telah ditetapkan sebagai zona bahaya.
Kepala Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polres Garut, Iptu Aep Saprudin, menegaskan bahwa area tersebut sudah dilengkapi rambu peringatan dan bendera merah. Meskipun demikian, para korban tetap memasuki perairan yang dikenal memiliki ombak besar dan arus kuat.
Insiden tragis ini terjadi ketika ketiga wisatawan terseret ombak, namun satu di antaranya berhasil diselamatkan dan segera dilarikan ke Puskesmas Caringin. Tim SAR gabungan hingga saat ini masih terus melakukan pencarian terhadap dua mahasiswa yang hilang tersebut.
Kronologi dan Peringatan Bahaya di Pantai Puncak Guha
Iptu Aep Saprudin dari Satpolairud Polres Garut menjelaskan bahwa Pantai Puncak Guha merupakan area terlarang untuk aktivitas berenang. Larangan ini diberlakukan karena karakteristik pantai yang memiliki ombak cukup besar dan arus yang sangat kuat, berpotensi membahayakan siapa pun yang nekat berenang di sana.
Kedua mahasiswa yang hilang, Oka Mahbubu Rijal dari Brebes dan Ripan Muhamad Yusup dari Sumedang, diketahui merupakan mahasiswa Institut Koperasi Indonesia (Ikopin) Jatinangor. Mereka bersama seorang rekan lainnya berenang di lokasi yang sudah terpasang bendera merah sebagai penanda zona bahaya.
Meskipun rambu-rambu peringatan telah terpasang jelas, para wisatawan ini mengabaikannya. Iptu Aep menambahkan bahwa bahkan warga lokal dan nelayan pun tidak berani berenang di pantai tersebut karena mereka sangat memahami ancaman bahayanya.
Kejadian ini menjadi pengingat penting akan bahaya mengabaikan peringatan keselamatan di area wisata. Pengunjung seringkali "bandel" dan tidak mematuhi aturan demi keselamatan mereka sendiri.
Upaya Pencarian Intensif Tim SAR Gabungan
Setelah insiden hilangnya dua mahasiswa tersebut, tim Search And Rescue (SAR) gabungan segera dikerahkan untuk melakukan pencarian. Tim dibagi menjadi beberapa regu, menyisir area pantai ke arah barat dan timur untuk memperluas jangkauan pencarian.
Selain penyisiran darat, upaya pencarian juga melibatkan penggunaan teknologi seperti pesawat tanpa awak (drone) untuk memantau dari udara. Perahu juga dikerahkan ke tengah lautan, namun pencarian di laut tidak dapat berlangsung lama.
Kondisi ombak yang sangat besar dan angin yang cukup kencang menjadi kendala utama bagi tim SAR di laut. Iptu Aep Saprudin bahkan memerintahkan tim untuk kembali ke darat demi keselamatan personel yang bertugas, mengingat bahaya yang mengancam.
Hingga hari kedua pencarian, kedua korban belum berhasil ditemukan. Operasi pencarian akan terus dilanjutkan pada hari-hari berikutnya, dengan rencana perluasan radius pencarian untuk memaksimalkan peluang penemuan korban.