Transaksi Pelelangan Ikan Cilacap Tembus Rp22 Miliar di Kuartal I 2025
KUD Mino Saroyo Cilacap laporkan transaksi pelelangan ikan mencapai Rp22,1 miliar di kuartal pertama 2025, dengan peningkatan hasil tangkapan diprediksi pada musim panen mendatang.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo di Cilacap, Jawa Tengah, mencatatkan nilai transaksi pelelangan ikan yang signifikan pada kuartal pertama tahun 2025. Transaksi pelelangan ikan di delapan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dikelola KUD tersebut mencapai angka Rp22.081.806.950 atau sekitar Rp22,1 miliar. Ketua KUD Mino Saroyo, Untung Jayanto, mengungkapkan capaian ini dalam keterangannya pada Selasa, 6 Mei 2025 di Cilacap.
Nilai transaksi tersebut didominasi oleh bulan Maret dengan angka tertinggi mencapai Rp8,3 miliar. Sementara itu, bulan Januari mencatatkan transaksi sebesar Rp6,1 miliar, Februari Rp3,5 miliar, dan April Rp4,2 miliar. Fluktuasi nilai transaksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk musim dan kondisi cuaca.
Untung Jayanto juga menjelaskan bahwa saat ini nelayan Cilacap telah memasuki musim angin timuran yang menandai dimulainya musim panen ikan. Hal ini diyakini akan berdampak positif terhadap peningkatan hasil tangkapan dan nilai transaksi pelelangan ikan di masa mendatang. Ia optimistis hasil tangkapan akan lebih baik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, terutama jenis ikan layur yang mulai melimpah.
Hasil Tangkapan Meningkat, Ikan Tuna Mulai Muncul
Untung Jayanto menambahkan, informasi dari nelayan yang beroperasi di laut lepas mengindikasikan kemunculan ikan tuna. Meskipun belum dapat dipastikan peningkatan jumlah tangkapan, kemunculan ikan tuna ini menjadi indikator positif untuk peningkatan hasil tangkapan ke depannya. Kapal-kapal yang melaut pertengahan April masih dalam perjalanan dan belum kembali ke Cilacap.
Ia berharap hasil tangkapan nelayan akan terus meningkat seiring dengan datangnya musim panen yang diperkirakan puncaknya pada bulan Agustus hingga September. Peningkatan ini diharapkan akan berdampak positif pada peningkatan nilai transaksi pelelangan ikan di Cilacap. "Sesuai siklusnya, masa panen biasanya mulai bulan Juni dengan puncaknya pada bulan Agustus hingga September. Semoga hasil tangkapan makin membaik," ujar Untung Jayanto.
Kenaikan hasil tangkapan ini juga sejalan dengan prediksi nelayan yang menyebutkan beberapa jenis ikan sudah mulai bermunculan. Hal ini memberikan harapan bagi peningkatan pendapatan nelayan dan perekonomian di Cilacap.
Faktor Cuaca dan Lebaran Pengaruhi Produksi April
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto, memberikan konfirmasi terkait penurunan produksi perikanan tangkap pada bulan April dibandingkan bulan Maret. Penurunan ini berdampak pada penurunan nilai transaksi pelelangan ikan di seluruh TPI yang dikelola KUD Mino Saroyo.
Indarto menjelaskan bahwa cuaca buruk yang sering terjadi pada bulan April menjadi salah satu faktor penyebab penurunan hasil tangkapan nelayan. Selain itu, libur Lebaran 2025 juga turut berpengaruh, karena banyak nelayan yang tidak melaut selama sekitar satu minggu.
Meskipun demikian, Indarto memperkirakan nelayan Cilacap akan memasuki masa panen mulai akhir Mei atau awal Juni 2025. Hal ini didasarkan pada kemunculan beberapa jenis ikan yang telah dilaporkan oleh nelayan. Ia pun mengimbau nelayan untuk selalu memperhatikan faktor keselamatan dan waspada terhadap gelombang tinggi saat melaut, terutama selama musim angin timuran.
"Saat musim angin timuran, sering terjadi gelombang tinggi di laut. Jadi sebelum berangkat melaut, perhatikan risiko gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran," pesannya.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat fluktuasi pada nilai transaksi pelelangan ikan, prospek sektor perikanan di Cilacap tetap menjanjikan dengan adanya prediksi peningkatan hasil tangkapan pada musim panen mendatang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan perekonomian daerah.