Trivia: Sungai Urat Nadi Peradaban, PJT I Kedepankan Pendekatan Holistik untuk Pelestarian Sungai
PJT I mengadopsi pendekatan holistik untuk Pelestarian Sungai, melibatkan konservasi, pengendalian daya rusak air, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. Bagaimana strategi ini menjaga keberlanjutan ekosistem sungai?

Perum Jasa Tirta (PJT) I menegaskan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya area sungai, dengan mengedepankan pendekatan holistik. Strategi ini dirancang untuk membangun kesadaran kolektif di tengah masyarakat mengenai urgensi menjaga ekosistem sungai yang vital. Pendekatan ini mencakup empat aspek krusial yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
Direktur Utama PJT I, Fahmi Hidayat, menjelaskan bahwa pendekatan holistik tersebut meliputi konservasi, pengendalian daya rusak air, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. Pernyataan ini disampaikan Fahmi seusai menghadiri Peringatan Hari Sungai 2025 yang diselenggarakan di Desa Giripurno, Kota Batu, Jawa Timur, pada Rabu (30/7). Inisiatif ini merupakan wujud nyata komitmen PJT I dalam menjaga keberlanjutan air dan lingkungan sungai bagi generasi mendatang.
Fahmi menyadari bahwa menjaga keberlangsungan ekosistem di area sungai memerlukan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, pembentukan kesadaran kolektif menjadi sangat penting agar upaya pelestarian sungai dapat berjalan maksimal. Ekosistem sungai sendiri memegang peranan fundamental dalam keseimbangan kehidupan di suatu daerah, menjadikannya 'urat nadi' peradaban.
Pendekatan Holistik PJT I untuk Keberlanjutan Sungai
PJT I secara konsisten menerapkan pendekatan holistik yang komprehensif dalam upaya Pelestarian Sungai. Empat pilar utama yang menjadi fokus adalah konservasi sumber daya air, pengendalian potensi daya rusak air, edukasi publik, serta pemberdayaan komunitas lokal. Melalui strategi ini, PJT I berupaya menciptakan sinergi antara aspek teknis pengelolaan air dan partisipasi aktif masyarakat.
Fahmi Hidayat secara tegas menyatakan bahwa sungai adalah 'urat nadi peradaban', sebuah metafora yang menggambarkan betapa krusialnya peran sungai bagi kehidupan. Oleh karena itu, PJT I berupaya menggugah kesadaran kolektif bahwa menjaga sungai adalah tanggung jawab bersama. Upaya ini dilakukan melalui berbagai kanal, mulai dari pendekatan budaya, program edukasi yang berkelanjutan, hingga kampanye digital yang masif untuk menjangkau khalayak luas.
Kesadaran kolektif yang terbentuk diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan serta kelestarian sungai di lingkungan mereka. PJT I percaya bahwa tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, upaya pelestarian yang dilakukan tidak akan mencapai hasil optimal. Hal ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang menjadi inti dari setiap program PJT I.
Kolaborasi dan Aksi Nyata dalam Pelestarian Sungai
PJT I tidak hanya berfokus pada pendekatan internal, tetapi juga aktif menjadi motor penggerak kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kelestarian kawasan sungai. Perusahaan ini secara berkelanjutan berupaya memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai. Setiap kegiatan, termasuk peringatan Hari Sungai, bukan sekadar seremoni, melainkan manifestasi konsistensi PJT I dalam memastikan ketersediaan air untuk masa depan.
Dalam rangkaian kegiatan Hari Sungai 2025, PJT I menjalin kemitraan strategis dengan Komunitas Sapu Bersih Nyapu Kali (Sabers Pungli). Agenda ini merupakan perpaduan unik antara aksi lingkungan dan pelestarian budaya lokal yang berlokasi di Desa Giripurno. Tema yang diusung adalah Nareksa Bengawan Usadaning Sangaskara, yang secara filosofis bermakna 'Merawat Sungai adalah Menjaga Peradaban'.
Acara tersebut menggabungkan berbagai elemen penting, mulai dari ritual budaya yang sarat makna, aksi lingkungan berupa pembersihan dan penanaman, program edukasi yang informatif, hingga kampanye digital yang interaktif. Sebagai bagian dari dukungan konservasi tanah dan pengelolaan air hujan, PJT I juga membagikan bibit pohon dan pipa biopori kepada masyarakat setempat. Selain itu, digelar pula mini workshop bersama Jaring-Jaring Pemantauan Kualitas Air (JKPKA), yang membekali peserta dengan pengetahuan sederhana tentang cara memantau kualitas air sungai secara mandiri.