Tukin Dosen: Kunci Keteladanan dan Penguatan SDM Unggul Indonesia?
Tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen ASN dinilai penting untuk meningkatkan keteladanan, kesejahteraan, dan menarik minat talenta terbaik agar tetap berkiprah di Indonesia.
![Tukin Dosen: Kunci Keteladanan dan Penguatan SDM Unggul Indonesia?](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/22/170059.731-tukin-dosen-kunci-keteladanan-dan-penguatan-sdm-unggul-indonesia-1.jpg)
Tunjangan Kinerja (Tukin) Dosen: Sebuah Faktor Penting dalam Keteladanan dan Pengembangan SDM?
Sebuah pernyataan menarik datang dari Prof. Agung Nugroho, Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Beliau menghubungkan tunjangan kinerja (tukin) dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan peningkatan keteladanan dosen di hadapan mahasiswa. Pernyataan ini disampaikan dalam dialog daring, 'Pejuang Tukin', Rabu, 22/1 lalu di Jakarta. Menurut Prof. Agung, tukin dapat meningkatkan penampilan dan sarana ajar dosen.
Mengapa hal ini penting? Prof. Agung menjelaskan bahwa dosen yang memiliki penampilan dan sarana ajar yang memadai akan lebih dihormati mahasiswa. Bayangkan, jika dosen kesulitan menggunakan laptop atau peralatan mengajar lainnya, ini dapat menurunkan rasa hormat mahasiswa terhadap dosen tersebut. Pengalaman pribadi Prof. Agung sendiri saat awal karier menjadi bukti nyata hal ini.
Lebih lanjut, Prof. Agung menekankan bahwa tukin krusial bagi kesejahteraan dosen, khususnya dosen muda yang belum tersertifikasi. Hasil penelitian kolaboratif Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Universitas Mataram tahun 2023 menunjukkan fakta mengejutkan: hanya 27,3 persen dosen yang berpenghasilan di atas Rp5 juta per bulan.
Kondisi ini memprihatinkan mengingat perguruan tinggi berperan sebagai pusat pengembangan SDM unggul Indonesia. Dosen, sebagai pengajar generasi penerus bangsa, harus diposisikan sebagai pilar penting menuju Indonesia Emas 2045. Bayangkan, jika profesi dosen kurang menarik dan pendapatannya rendah, maka mahasiswa berprestasi akan enggan menjadi dosen.
Prof. Agung juga menyoroti potensi brain drain jika kondisi ini berlanjut. Talenta terbaik Indonesia bisa saja memilih berkarier di luar negeri karena merasa kurang dihargai di dalam negeri. Oleh karena itu, beliau berharap pemerintah merealisasikan tukin untuk dosen ASN agar mereka lebih nyaman dan termotivasi dalam berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045.
Kesimpulannya, tukin dosen bukan sekadar masalah finansial, melainkan investasi jangka panjang untuk mencetak SDM unggul. Dengan meningkatkan kesejahteraan dosen, kita juga meningkatkan kualitas pendidikan dan masa depan bangsa. Perhatian terhadap kesejahteraan dosen adalah kunci untuk mempertahankan talenta terbaik di Indonesia dan mencapai tujuan Indonesia Emas 2045.
Sebagai catatan, Prof. Agung juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pelajaran Universitas Lambung Mangkurat.