Dosen Polman Babel Tuntut Tunjangan Kinerja 2025
Ratusan dosen ASN di Polman Negeri Bangka Belitung menuntut realisasi tunjangan kinerja (Tukin) tahun 2025 yang dinilai sebagai hak mereka dan penting untuk kesejahteraan serta kualitas pendidikan.
![Dosen Polman Babel Tuntut Tunjangan Kinerja 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/17/210132.004-dosen-polman-babel-tuntut-tunjangan-kinerja-2025-1.jpeg)
Ratusan dosen Aparatur Sipil Negara (ASN) di Politeknik Manufaktur (Polman) Negeri Bangka Belitung (Babel) bersatu menuntut hak mereka atas tunjangan kinerja (Tukin) tahun 2025. Tuntutan ini disampaikan melalui Aliansi Dosen ASN Kemdiktisaintek Seluruh Indonesia (Adaksi) di Sungailiat, Jumat, 17 Januari 2025. Mereka merasa haknya untuk mendapatkan tambahan penghasilan ini belum direalisasikan pemerintah.
Mengapa tuntutan ini muncul? Para dosen menjelaskan bahwa selama lima tahun terakhir, mereka, yang berada di bawah naungan Kemdiktisaintek, belum menerima Tukin. Koordinator Adaksi Polman Babel, Dr. Sukanto, M.Eng., menegaskan, "Hak kami selalu dikecualikan, padahal aturan pelaksanaan teknis pembayaran sudah tertuang jelas dalam Permendikbud Nomor 49 Tahun 2020." Mereka merasa ada ketimpangan dengan instansi lain yang sudah menerima tunjangan serupa.
Bagaimana tuntutan ini disampaikan? Para dosen menyampaikan aspirasinya dengan menyatakan bahwa Tukin bukan hanya soal uang, tetapi juga bentuk penghargaan atas dedikasi mereka dalam mencetak generasi penerus bangsa. Dr. Ilham Ary Wahyudie, M.T., Dosen Jurusan Teknik Mesin, menambahkan bahwa kinerja luar biasa dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi seharusnya diimbangi dengan apresiasi berupa tunjangan kinerja. Ia mempertanyakan bagaimana dosen dengan penghasilan di bawah UMR dapat memenuhi kebutuhan hidup, terutama bagi mereka yang merantau.
Dampak dari belum terbayarnya Tukin? Riki Afriansyah, dosen Jurusan Informatika dan Bisnis, mengungkapkan bahwa masalah ini sudah lama menjadi perbincangan di kalangan akademisi. Mereka khawatir kesejahteraan dosen yang kurang memadai dapat memengaruhi kualitas pendidikan tinggi. Sementara itu, Muhammad Hizbul Wathan, M.Kom., seorang dosen muda yang belum memiliki sertifikasi dosen, menekankan bahwa Tukin sangat berarti baginya, bukan hanya sebagai pendapatan tambahan, tetapi juga sebagai pengakuan atas kontribusi di dunia pendidikan. Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam penyaluran tunjangan.
Apa yang diharapkan para dosen? Para dosen berharap pemerintah segera merealisasikan pembayaran Tukin sesuai regulasi yang berlaku. Mereka optimistis dialog konstruktif dengan pemerintah dapat menyelesaikan masalah ini. Mereka menekankan bahwa tuntutan ini bukan hanya demi kepentingan pribadi, tetapi juga demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Transparansi dan keadilan dalam penyaluran tunjangan menjadi poin penting yang mereka soroti.
Kesimpulannya, ratusan dosen ASN Polman Babel secara tegas menuntut realisasi Tukin 2025. Mereka berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan ini demi kesejahteraan dosen dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.