ULM Tingkatkan Populasi Udang Galah di Pulau Curiak, Lestarikan Ekosistem dan Ekonomi Masyarakat
Dr. Amalia Rezeki dari ULM berupaya meningkatkan populasi udang galah di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan, melalui pelestarian mangrove dan edukasi nelayan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Banjarmasin, 06/5 (ANTARA) - Apa yang dilakukan Dr. Amalia Rezeki, dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM)? Siapa yang terbantu? Di mana kegiatan konservasi ini dilakukan? Kapan upaya ini dimulai? Mengapa populasi udang galah menurun? Bagaimana cara meningkatkan populasinya? Jawabannya ada dalam upaya peningkatan populasi udang galah di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat yang selama lima tahun terakhir menghadapi penurunan populasi udang galah dan berdampak pada pendapatan mereka.
Penurunan populasi udang galah ini disebabkan oleh beberapa faktor. Nelayan dari luar desa sering menggunakan metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti racun atau setrum. Selain itu, degradasi hutan mangrove, khususnya pohon mangrove rambai yang menjadi tempat pemijahan udang galah, juga turut berkontribusi. Pohon mangrove rambai banyak diambil untuk industri tutup botol dan bahan gabus pembuat bola bulutangkis, mengakibatkan kerusakan ekosistem.
"Dalam kurun waktu lima tahun ini populasi udang galah mulai menurun, dengan semakin sedikitnya perolehan nelayan hasil tangkapan," ungkap Dr. Amalia Rezeki di Banjarmasin. Ia menekankan pentingnya peningkatan populasi udang galah berukuran jumbo (hingga 30 cm) karena nilai ekonomisnya yang tinggi bagi masyarakat pesisir Sungai Barito, yang juga bergantung pada pertanian sawah pasang surut.
Upaya Pelestarian Udang Galah dan Ekosistem Mangrove
Dr. Amalia Rezeki dan timnya melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan populasi udang galah. Salah satunya adalah dengan membeli udang galah betina yang sedang mengandung telur dari nelayan sebelum dijual ke pengepul, kemudian melepaskannya kembali ke alam. Hal ini dilakukan pada musim pemijahan udang galah.
Selain itu, mereka juga melakukan restorasi mangrove rambai. Lebih dari 25.000 bibit mangrove rambai telah ditanam di Pulau Curiak, dan beberapa di antaranya telah membentuk pulau kecil. Restorasi ini tidak hanya untuk memulihkan ekosistem dan habitat udang galah, tetapi juga untuk mendukung pelestarian bekantan, ikon Kalimantan Selatan, yang menjadikan mangrove rambai sebagai pakan utama.
"Amelia berharap ke depan jika telah tumbuh kesadaran dari nelayan tentang pentingnya menjaga populasi udang galah tersebut, mereka bersedia tidak menangkap udang yang sedang bertelur." Upaya ini juga bertujuan untuk membangun kesadaran nelayan akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.
Sistem perakaran mangrove rambai yang khas menjadi tempat berkembang biak udang galah. Dengan semakin banyaknya pohon mangrove yang tumbuh, diharapkan populasi udang galah akan meningkat secara signifikan.
Dampak Positif bagi Masyarakat
Upaya pelestarian yang dilakukan Dr. Amalia Rezeki dan timnya, didukung oleh SBI Foundation dan masyarakat setempat, telah memberikan dampak positif. Kawasan Pulau Curiak kini menjadi lokasi favorit nelayan setempat untuk mencari udang dan ikan. Hal ini menunjukkan keberhasilan upaya konservasi dalam meningkatkan sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat.
"Amelia bersyukur upaya keras yang dilakukan bersama timnya dari SBI Foundation dan didukung oleh pemangku kepentingan yang ada, terutama masyarakat nelayan setempat, manfaatnya mulai dirasakan." Keberhasilan ini membuktikan bahwa kolaborasi antara akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat lokal sangat penting dalam upaya konservasi.
Ke depan, diharapkan kesadaran nelayan akan pentingnya menjaga populasi udang galah dan ekosistem mangrove akan terus meningkat. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat pesisir Sungai Barito dapat terus terjaga dan berkelanjutan.