Wamenekraf Ajak Kreator Konten Perkuat Perlindungan HKI
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf) mengajak kreator konten meningkatkan kesadaran dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karya mereka, menanggapi kasus penyalahgunaan dan pemalsuan akun.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf), Irene Umar, mengajak kreator konten di Indonesia untuk lebih giat mengkampanyekan pentingnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Imbauan ini disampaikan langsung dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 23 Januari 2024. Langkah ini dinilai krusial mengingat potensi kerugian ekonomi dan reputasi yang dapat dialami para kreator.
Menurut Wamenekraf, kesadaran akan hak cipta dan perlindungan karya kreatif harus disebarluaskan secara masif. "Bagaimana kita bisa fight sebagai content creator di Indonesia adalah dengan bersatu menyebarkan pesan-pesan positif," tegas Irene. Ia menekankan pentingnya solidaritas antar kreator dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk pelanggaran HKI.
Salah satu kasus yang disoroti adalah pemalsuan akun Facebook milik seorang kreator konten dengan jumlah follower yang signifikan. Kejadian ini menjadi pengingat nyata akan pentingnya proteksi HKI bagi para kreator. Wamenekraf mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi atas permasalahan ini.
Konten digital, khususnya di platform daring, merupakan sektor ekonomi kreatif yang sangat potensial. Para kreator dapat menghasilkan pendapatan dari iklan dan berbagai bentuk monetisasi lainnya. Oleh karena itu, Kemenekraf berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kreator konten Indonesia.
Kementerian Ekonomi Kreatif menargetkan peningkatan pendapatan negara yang signifikan dari sektor ini pada 2025. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pesat industri game dan kreator konten. Subsektor ini dinilai memiliki dampak ekonomi yang besar dan membutuhkan perhatian serius.
Sektor kreator konten mencakup berbagai profesi baru, seperti influencer dan V-Tuber, yang semakin berkembang. Munculnya kecerdasan buatan (AI) juga turut mewarnai lanskap ekonomi kreatif ini. Irene mencontohkan perkembangan V-Tuber di Jepang yang telah menjadi industri besar, sementara di Indonesia masih dalam tahap awal perkembangan.
Untuk memaksimalkan potensi subsektor baru ini, pemerintah perlu melakukan pemetaan ekosistem ekonomi kreatif dan mendata potensi pendapatan dari sektor-sektor tersebut. Langkah ini penting untuk merumuskan strategi pengembangan yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Peningkatan perlindungan HKI menjadi kunci keberhasilan strategi tersebut.