Mobil Hidrogen: Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan di Indonesia?
Direktur Jenderal EBTKE optimistis mobil hidrogen akan menjadi tren di Indonesia, seiring dengan perkembangan teknologi dan dukungan pemerintah, meniru kesuksesan mobil listrik.

Jakarta, 14 Februari 2024 - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listian, baru-baru ini menyatakan keyakinannya terhadap potensi mobil hidrogen di Indonesia. Beliau membandingkan perkembangan mobil hidrogen dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan listrik (Battery Electric Vehicle/BEV) dalam beberapa tahun terakhir. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Toyota Series Carbon Neutrality di Jakarta.
Kemiripan Mobil Hidrogen dan Kendaraan Listrik
Eniya menjelaskan, "Mobil listrik 5 tahun lalu masih jarang, tetapi sekarang sudah banyak. Banyak industri juga mulai produksi di sini. Kita akan melihat hal serupa terjadi pada mobil hidrogen, atau bahkan etanol; pasar yang akan menentukan."
Menurutnya, semakin banyak produsen yang terlibat, semakin besar keuntungan bagi pasar. Hal ini dikarenakan persaingan akan mendorong penurunan harga jual kendaraan, menjadikannya lebih terjangkau bagi konsumen.
Harga dan Infrastruktur
Sebagai contoh, Jepang yang sudah mulai memasarkan kendaraan berbasis hidrogen, menawarkan harga yang relatif terjangkau, sekitar 1,7 juta yen atau sekitar Rp180.908.900. Eniya menambahkan, "1,7 juta yen itu berapa rupiah? Itu harga di sana (Jepang)." Dengan produksi lokal di Indonesia, harga mobil hidrogen diperkirakan akan semakin kompetitif.
Saat ini, Indonesia telah memiliki dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) di Senayan, Jakarta Selatan dan Karawang, Jawa Barat. Keberadaan SPBH ini menjadi stimulus penting bagi perkembangan kendaraan hidrogen di Indonesia. Eniya menjelaskan, "Jadi paling tidak ada dua titik, Senayan dan Karawang. Intinya, nanti kalau punya mobil hidrogen juga bisa diisi. Dan jaraknya lebih panjang karena tekanannya 700 bar."
Regulasi dan Roadmap
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian ESDM, tengah mengembangkan berbagai regulasi dan peta jalan untuk mendukung perkembangan infrastruktur SPBH. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang telah disetujui DPR dan sedang dalam proses pengundangan menjadi bagian penting dari upaya ini. Eniya menyatakan, "RUKN yang kemarin sudah disetujui DPR, dikirim ke pemerintah, dan akan segera diundangkan. Mudah-mudahan cepat."
Target Pengurangan Emisi
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca melalui peningkatan target pengurangan emisi karbon (Enhanced-Nationally Determined Contribution/E-NDC). Target tersebut dinaikkan dari 29 persen (835 juta ton karbondioksida) menjadi 32 persen (912 juta ton CO2) pada tahun 2030. Pengembangan mobil hidrogen diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam pencapaian target tersebut.
Kesimpulan
Kesimpulannya, masa depan mobil hidrogen di Indonesia tampak menjanjikan. Dengan dukungan pemerintah berupa pengembangan infrastruktur dan regulasi, serta mengikuti jejak kesuksesan mobil listrik, mobil hidrogen berpotensi menjadi solusi transportasi ramah lingkungan yang terjangkau dan efisien di masa depan. Perkembangan ini patut dinantikan dan akan sangat berpengaruh terhadap target pengurangan emisi karbon Indonesia.