Pemain Film "Pengepungan di Bukit Duri" Mendalami Isu Sosial dan Politik Indonesia
Para pemain film "Pengepungan di Bukit Duri" melakukan riset mendalam tentang isu sosial dan politik Indonesia untuk mendalami peran mereka, menjadikan proses syuting sebagai pengalaman belajar yang berharga.

Film "Pengepungan di Bukit Duri" yang akan segera tayang di bioskop Indonesia pada 17 April 2025, tidak hanya menyajikan cerita menegangkan, tetapi juga mendorong para pemainnya untuk melakukan riset mendalam tentang isu-isu sosial dan politik Indonesia. Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, dan Satine Zaneta, mengungkapkan pengalaman berharga mereka dalam proses syuting film garapan Joko Anwar ini.
Omara Esteghlal mengungkapkan, "Di terakhir aku merasa, wah gila, ternyata aku jadi makin pinter gara-gara main film ini. Banyak yang aku baca, sebelumnya aku belum baca, literasi-literasi yang aku harus riset untuk karakter tersebut." Proses syuting yang awalnya mungkin dianggap berat, justru menjadi pengalaman belajar yang membuka wawasan baru bagi para pemain.
Film ini mengisahkan Edwin (Morgan Oey) yang mencari keponakannya yang hilang di SMA Duri, sebuah sekolah dengan siswa-siswa yang dikenal penuh kekerasan. Demi menyelidiki, Edwin menyamar sebagai guru, namun ia harus menghadapi situasi yang semakin berbahaya ketika kerusuhan besar meletus di kota, membuat mereka terjebak dalam sekolah yang berubah menjadi medan pertempuran. Tantangan ini mengharuskan para pemain untuk memahami konteks sosial dan politik yang mendasari cerita.
Mengenal Lebih Dalam Isu Sosial Politik Indonesia
Proses pendalaman peran tidak hanya dilakukan secara individual, tetapi juga melalui diskusi intensif bersama sutradara Joko Anwar. Morgan Oey mengungkapkan, "Dari segi tema sebetulnya ini berat banget. Tapi semuanya berasa sangat ringan, karena reading bersama abang Joko dan teman-temanku ini adalah ngobrol, kita ngobrol, diskusi panjang tentang budaya, tentang politik, tentang kekerasan, itu yang akhirnya memang benar-benar dicari dan digali lebih dalam pada saat proses."
Diskusi-diskusi tersebut membahas berbagai isu penting, mulai dari keadilan sosial hingga kekerasan. Omara menambahkan, "Wah banyak banget (topik diskusi), ini fun fact, ada satu masa ketika kita lagi reading, kita ngomongin Pancasila, etimologinya, asal-usulnya, dan seterusnya." Diskusi-diskusi ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang latar belakang sosial dan politik karakter mereka.
Melalui riset dan diskusi yang intensif, para pemain tidak hanya mampu memerankan karakter mereka dengan lebih meyakinkan, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang realitas sosial dan politik Indonesia. Proses ini mengubah pengalaman syuting menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga.
Tantangan dan Kesuksesan dalam Penggambaran Isu Berat
Film "Pengepungan di Bukit Duri" mengangkat tema yang kompleks dan berat, namun para pemain dan sutradara berhasil menyajikannya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Proses diskusi yang mendalam dan riset yang ekstensif memungkinkan mereka untuk menggambarkan isu-isu tersebut dengan nuansa yang lebih autentik.
Keberhasilan film ini terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan unsur thriller-aksi dengan penggambaran isu sosial yang relevan. Dengan demikian, film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu memicu diskusi dan refleksi di kalangan penonton tentang isu-isu yang diangkat.
Alih-alih merasa terbebani dengan tema yang berat, para pemain justru merasa tertantang dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Proses syuting yang melibatkan diskusi mendalam tentang isu sosial dan politik Indonesia menjadikan film ini lebih dari sekadar film aksi, tetapi juga sebuah karya yang kaya akan nilai edukatif.
Kesimpulan
Pengalaman para pemain "Pengepungan di Bukit Duri" menunjukkan bahwa proses pembuatan film dapat menjadi sarana pembelajaran yang berharga. Dengan melakukan riset dan diskusi yang mendalam, mereka tidak hanya mampu memerankan karakter mereka dengan baik, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang isu-isu sosial dan politik Indonesia. Film ini diharapkan dapat menjadi tontonan yang menghibur sekaligus menginspirasi.