Yovie Widianto: AI Takkan Gantikan Sentuhan Manusia dalam Berkarya
Musisi kenamaan Yovie Widianto tegaskan kecerdasan buatan (AI) tak mampu sepenuhnya menggantikan kreativitas dan emosi manusia dalam menciptakan karya musik, meskipun ia mengakui manfaat AI sebagai alat bantu.

Jakarta, 8 Mei 2024 - Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif, Yovie Widianto, memberikan pandangannya mengenai peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kreatif. Dalam sambutannya di acara Telkomsel NextDev Summit ke-10 di Jakarta, Kamis, ia menegaskan bahwa AI, sekcanggih apapun, tidak akan pernah bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam menciptakan karya seni. Ia menekankan bahwa emosi, pemikiran, dan idealisme manusia tetap menjadi kunci dalam menghasilkan karya yang autentik dan bermakna.
Yovie Widianto, yang telah malang melintang di industri musik selama hampir empat dekade, mengungkapkan bahwa AI lebih tepat diposisikan sebagai mitra atau alat bantu dalam proses kreatif, bukan sebagai pengganti. Menurutnya, kolaborasi antara kreativitas manusia dan teknologi AI dapat menghasilkan karya berkualitas tinggi yang tetap mempertahankan sentuhan otentik dan personal.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, "Sepengalaman saya, kekuatan hati, kekuatan pemikiran, idealisme kita tetap menjadi integritas kita dalam berkarya dan itu yang membuat kita menjadi otentik dibanding yang lain." Ia mendorong pemanfaatan AI sebagai alat bantu untuk meningkatkan efisiensi dan presisi dalam proses kreatif, mengatakan, “Jadi, gunakan AI dan teknologi itu sebagai partner kita. Sesuatu yang kadang-kadang bisa jadi tidak sempurna, sesuatu yang kadang-kadang tidak presisi dan dibantu oleh AI, menjadi kombinasi yang luar biasa.”
AI sebagai Mitra Kreatif
Yovie Widianto memaparkan pengalamannya dalam bermusik, mulai dari era perekaman analog menggunakan pita kaset dengan jumlah track terbatas hingga era digital saat ini. Perubahan teknologi ini, menurutnya, tidak mengurangi nilai kreativitas manusia. Justru, teknologi dapat memperkaya proses kreatif dan memungkinkan eksplorasi yang lebih luas.
Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan dalam berkarya. AI, menurutnya, dapat membantu mengatasi keterbatasan teknis, namun tidak dapat menggantikan intuisi dan emosi yang hanya dimiliki manusia.
Penggunaan AI dalam proses kreatif juga, menurut Yovie, membuka peluang baru dalam kolaborasi antar seniman dan lintas disiplin ilmu. Dengan bantuan AI, ide-ide kreatif dapat dieksplorasi dan diwujudkan dengan cara-cara yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Namun, Yovie juga mengingatkan akan pentingnya perlindungan hak kekayaan intelektual (HAKI) di era pemanfaatan AI yang semakin meluas. Ia menyoroti perlunya regulasi yang jelas untuk mencegah pelanggaran hak cipta dan memastikan para pencipta karya tetap mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.
Perlindungan HAKI di Era AI
Yovie Widianto menyoroti pentingnya pencatatan jejak karya untuk melindungi hak ekonomi para pencipta. Ia juga menekankan perlunya kerja sama internasional untuk menciptakan standar dan regulasi yang konsisten dalam menghadapi tantangan HAKI di era AI. Menurutnya, "Tinggal bagaimana kita punya posisi tawar untuk menilai kreativitasnya menjadi lebih baik. Nah, ini perlu kerja sama internasional dari berbagai negara."
Sebagai contoh, Yovie menyinggung kebijakan di Korea Selatan yang tidak memberikan hak cipta pada lagu yang diciptakan oleh AI. Ia menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk penghargaan negara terhadap karya-karya manusia yang lahir dari kreativitas sejati. Ia menambahkan, 'Saya kagum dengan yang dilakukan oleh OMCA di Korea. Mereka membuat sebuah kebijakan bahwa lagu berbasis AI tidak bisa dapatkan hak ciptanya, artinya, karya-karya manusia sejatinya dihargai.'
Kesimpulannya, Yovie Widianto menekankan pentingnya menghargai kreativitas manusia dan peran AI sebagai alat bantu, bukan pengganti. Ia juga mendorong adanya regulasi yang kuat untuk melindungi HAKI di era teknologi yang semakin berkembang pesat ini. Penting untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan karya manusia.