Tata Kelola AI: TFH Tekankan Pentingnya Kebijakan yang Sehat
Tools for Humanity (TFH) dan FPCI menekankan perlunya kebijakan dan tata kelola yang sehat dalam penggunaan AI untuk mencegah kesalahan dan memastikan manfaatnya bagi semua.
![Tata Kelola AI: TFH Tekankan Pentingnya Kebijakan yang Sehat](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191559.173-tata-kelola-ai-tfh-tekankan-pentingnya-kebijakan-yang-sehat-1.jpeg)
Jakarta, 11 Februari 2024 - Penggunaan kecerdasan buatan (AI) semakin masif. Namun, Kepala Bagian Hukum dan Privasi Tools for Humanity (TFH), Damien Kieran, mengingatkan pentingnya kebijakan dan tata kelola yang kuat dalam diskusi publik bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Kieran menegaskan, kebijakan yang tepat akan mencegah penolakan terhadap AI. "Jika kita berasumsi AI akan ada di mana-mana, kita perlu memiliki cara untuk membedakan mana yang komputer dan mana yang bukan," ujarnya. Lebih dari sekadar regulasi, Kieran menekankan perlunya alat yang membantu masyarakat memanfaatkan AI secara bertanggung jawab dan memastikan aksesibilitas yang merata.
Perlunya Etika dan Kewaspadaan dalam Penggunaan AI
Meskipun menekankan manfaat AI, Kieran mengingatkan pentingnya kewaspadaan. Penggunaan AI yang ceroboh dapat menyebabkan kesalahan yang sebenarnya bisa dicegah. Ia mengakui, bahkan dirinya masih terus belajar tentang kompleksitas AI. "Perlu lebih banyak waktu untuk memahami bagaimana AI bekerja, berevolusi, dan bagaimana menciptakan AI yang etis," katanya. Penelitian lebih lanjut, menurutnya, sangat krusial.
Kieran juga menekankan tanggung jawab semua pihak. Penyedia AI harus memastikan produk mereka bermanfaat, mudah diakses, dan digunakan secara bertanggung jawab. "Dan orang-orang harus menggunakannya dengan cara yang benar," tegasnya.
Strategi Nasional AI: Suatu Keharusan
Senada dengan Kieran, pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, menyatakan perlunya pemerintah Indonesia segera merumuskan strategi nasional untuk teknologi dan AI. Ia melihat potensi campur tangan politik yang meningkat seiring perkembangan AI. "Di dunia Barat, mereka memperdebatkan campur tangan pihak tertentu melalui AI, dan kita belum tahu bagaimana hal itu akan terjadi," jelas Dino.
Dino menekankan pentingnya kontrol dalam tata kelola AI dan peran manusia yang tak tergantikan. AI, menurutnya, merupakan alat bantu pengambilan keputusan, bukan pengganti manusia. "Kita perlu memastikan AI memberikan informasi yang tepat untuk pengambilan keputusan," tambahnya. Sentuhan manusia, menurut Dino, tetap krusial, seperti dalam contoh pembuatan naskah film. AI seperti ChatGPT mungkin bisa membuat naskah, tetapi tidak akan mampu menyamai kreativitas dan kedalaman emosional karya seperti "The Godfather" atau "The Lord of the Rings." "Anda membutuhkan jiwa manusia, kreativitas asli, bukan mesin," tegas Dino.
Tools for Humanity: Mendorong Keadilan Ekonomi Digital
Tools for Humanity (TFH), perusahaan teknologi asal San Francisco, berfokus pada percepatan transisi menuju sistem ekonomi digital yang lebih adil. TFH, yang dikelola secara independen dari World Foundation, terus mengembangkan teknologi yang mendukung keamanan digital.
Kesimpulannya, baik TFH maupun FPCI sepakat bahwa perkembangan pesat AI membutuhkan kerangka kebijakan dan tata kelola yang komprehensif. Hal ini penting untuk memastikan AI memberikan manfaat bagi semua, mencegah penyalahgunaan, dan menjaga peran penting manusia dalam pengambilan keputusan dan kreativitas.