IADO Jatuhkan Sanksi 4 Tahun untuk Lifter Muhammad Ibnul Akibat Doping
Atlet angkat besi Muhammad Ibnul Rizqih menerima sanksi larangan bertanding selama empat tahun dari IADO karena terbukti menggunakan zat terlarang, furosemide.

Atlet angkat besi Indonesia, Muhammad Ibnul Rizqih, resmi dijatuhi sanksi larangan bertanding selama empat tahun oleh Indonesia Anti-Doping Organization (IADO). Sanksi ini diumumkan pada Kamis di Jakarta oleh Ketua Umum IADO, Gatot S Dewabroto, menyusul temuan zat terlarang furosemide dalam sampel urine atlet tersebut. Penggunaan doping ini terdeteksi setelah pengambilan sampel pada 31 Juli 2024, dan hasil pemeriksaan laboratorium di Bangkok, Thailand, diterima IADO pada 9 September 2024. Sanksi berlaku sejak 10 Januari 2025 hingga 9 Januari 2029, termasuk pencabutan semua medali, poin, dan hadiah yang diraihnya dalam periode tersebut.
Ketua Umum IADO, Gatot S Dewabroto, menjelaskan kronologi kasus ini. Pengambilan sampel dilakukan di luar kompetisi pada 31 Juli 2024. Setelah melalui proses pemeriksaan di laboratorium Bangkok, Thailand, ditemukan zat terlarang furosemide dalam sampel urine Muhammad Ibnul. Hasil pemeriksaan diterima IADO pada 9 September 2024. Keputusan sanksi resmi dikirimkan pada 14 Januari 2025, dan karena Muhammad Ibnul tidak mengajukan banding dalam waktu 21 hari, sanksi tersebut telah berkekuatan hukum tetap.
Meskipun Muhammad Ibnul memiliki hak untuk mengajukan banding, ia memilih untuk tidak melakukannya, hanya menginginkan pengurangan sanksi. Namun, Gatot menjelaskan bahwa pengurangan sanksi tidak terjamin dan tergantung pada keputusan majelis banding. Komite Result Manajemen (RM) IADO memutuskan bahwa Muhammad Ibnul melanggar Pasal 2.1 dan Pasal 2.2 World Anti-Doping Code terkait keberadaan dan penggunaan zat terlarang. Sebelum keputusan final, IADO telah mengirimkan pemberitahuan pendahuluan dan surat tuntutan, serta menerima balasan dari Muhammad Ibnul yang menyatakan penerimaan sanksi tanpa hearing. IADO juga telah menginformasikan seluruh proses ini kepada Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI).
Kasus Doping Muhammad Ibnul: Pelanggaran dan Sanksi
Kasus doping yang melibatkan Muhammad Ibnul ini menimbulkan kekecewaan di kalangan IADO, mengingat cabang olahraga angkat besi selama ini dikenal sangat ketat dalam pencegahan doping. “Angkat besi biasanya sangat, sangat ketat dan tertib. Di sisi lain juga disayangkan karena atlet masih sangat mudah,” ungkap Gatot S Dewabroto. Sanksi yang dijatuhkan berupa larangan bertanding selama empat tahun, terhitung sejak 10 Januari 2025 hingga 9 Januari 2029. Selain itu, semua prestasi yang diraihnya selama periode antara penerimaan surat potensi antidoping (23 Oktober 2024) hingga dimulainya masa pelarangan (10 Januari 2025) dinyatakan dicabut.
Proses hukum yang dijalani Muhammad Ibnul cukup transparan. IADO telah memberikan kesempatan kepada atlet tersebut untuk mengajukan banding, namun ia memilih untuk tidak menggunakan hak tersebut. Keputusan ini menunjukkan bahwa atlet tersebut menerima sanksi yang dijatuhkan. Dengan demikian, putusan IADO menjadi final dan mengikat. Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi atlet lainnya untuk selalu mematuhi aturan anti-doping yang berlaku.
IADO menekankan pentingnya kepatuhan terhadap aturan anti-doping dalam olahraga. Mereka berharap kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi atlet lain agar senantiasa menjaga integritas dan sportivitas dalam berkompetisi. Ke depan, IADO akan terus meningkatkan pengawasan dan edukasi anti-doping untuk mencegah kasus serupa terjadi kembali.
Detail Kasus dan Kronologi
- Pengambilan Sampel: 31 Juli 2024
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Bangkok): 9 September 2024 (ditemukan furosemide)
- Keputusan Sanksi IADO: 14 Januari 2025
- Batas Waktu Banding: 4 Februari 2025
- Pelanggaran: Pasal 2.1 dan Pasal 2.2 World Anti-Doping Code
- Masa Sanksi: 10 Januari 2025 - 9 Januari 2029 (4 tahun)
Kasus ini menyoroti pentingnya kesadaran dan kepatuhan atlet terhadap aturan anti-doping. Meskipun cabang olahraga angkat besi dikenal ketat dalam hal ini, tetap saja penting bagi atlet untuk memahami dan mematuhi semua peraturan yang berlaku. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh atlet Indonesia untuk selalu menjunjung tinggi sportivitas dan fair play.