15 Imigran Rohingya di Aceh Timur Kabur dari Penampungan, Pihak Berwenang Selidiki
Lima belas imigran Rohingya melarikan diri dari penampungan sementara di Aceh Timur, memicu investigasi pihak berwenang terkait dugaan keterlibatan pihak lain.
Sebanyak 15 imigran Rohingya dilaporkan melarikan diri dari penampungan sementara di lapangan bola kaki Gampong Seuneubok Rawang, Aceh Timur, dalam kurun waktu satu minggu terakhir. Kejadian ini terjadi di Aceh Timur, Indonesia, dan menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan penampungan serta kemungkinan adanya bantuan dari pihak luar. Insiden ini menambah kompleksitas permasalahan pengungsi Rohingya di Aceh. Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan lembaga internasional seperti UNHCR dan IOM kini tengah berupaya menyelidiki kasus tersebut.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur, Iskandar, menyatakan bahwa hilangnya 15 imigran tersebut meninggalkan 365 orang lainnya di penampungan. Pihaknya mengaku belum mengetahui secara pasti siapa yang berada di balik pelarian ini dan ke mana para imigran tersebut pergi. Meskipun petugas keamanan dari UNHCR selalu berjaga, Iskandar menduga para imigran memanfaatkan kelengahan petugas. "Mustahil mereka ini bisa kabur jika tidak ada yang membantu," tegas Iskandar, mengungkapkan kecurigaan adanya keterlibatan pihak lain dalam membantu pelarian ini.
Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanan dan pengawasan di penampungan sementara. Kejadian ini juga menyoroti tantangan dalam menangani pengungsi Rohingya di Indonesia, yang seringkali menghadapi kesulitan dan risiko dalam perjalanan mereka mencari perlindungan.
Penyelidikan dan Koordinasi Antar Lembaga
Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur, Syamsul Bahri, menjelaskan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan UNHCR dan IOM untuk menangani situasi ini. Kerjasama antar lembaga internasional ini sangat penting untuk memastikan perlindungan dan kesejahteraan para imigran yang masih berada di penampungan.
Syamsul Bahri juga menekankan pentingnya pemindahan para imigran Rohingya dari penampungan sementara di Aceh Timur sesegera mungkin. Hal ini untuk mencegah terjadinya pelarian lebih lanjut dan memastikan keamanan serta kesejahteraan mereka. "Kami berharap semua imigran etnis Rohingya tersebut bisa segera dipindahkan dari penampungan sementara di Kabupaten Aceh Timur. Jangan menunggu sampai semuanya melarikan diri," katanya.
Koordinasi yang erat antara pemerintah daerah, UNHCR, dan IOM menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini. Upaya bersama diperlukan untuk menemukan solusi jangka panjang yang lebih aman dan manusiawi bagi para pengungsi Rohingya.
Gelombang Kedatangan Imigran Rohingya di Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur telah berulang kali menjadi tempat pendaratan imigran Rohingya. Sejak November 2023 hingga Januari 2025, beberapa gelombang kedatangan telah tercatat, dengan jumlah imigran yang bervariasi. Berikut rinciannya:
- 19 November 2023: 36 imigran Rohingya ditemukan dalam sebuah truk.
- 14 Desember 2023: 50 imigran Rohingya mendarat di Desa Seuneubok Baroh.
- 1 Februari 2024: 131 imigran Rohingya mendarat di Kuala Parek.
- 31 Oktober 2024: 93 imigran Rohingya mendarat di Desa Meunasah Hasan.
- 30 November 2024: 116 imigran Rohingya terdampar di Kuala Ujung Perling.
- 5 Januari 2025: 264 imigran Rohingya mendarat di Pantai Alue Bu Tuha.
- 30 Januari 2025: 76 imigran Rohingya mendarat di Pantai Leuge.
Ratusan imigran Rohingya yang tiba kemudian ditempatkan di penampungan sementara di lapangan Gampong Seuneubok Rawang, Kecamatan Peureulak Timur. Namun, insiden pelarian ini menunjukkan perlunya evaluasi dan peningkatan keamanan di lokasi penampungan tersebut.
Kejadian ini sekali lagi menyoroti kompleksitas situasi pengungsi Rohingya dan kebutuhan akan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan, baik dari pemerintah Indonesia maupun komunitas internasional. Pentingnya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik antara berbagai pihak terkait untuk memastikan perlindungan dan kesejahteraan para pengungsi Rohingya harus menjadi prioritas utama.