43 Ribu Penduduk Bali Masih Menganggur, BPS Ungkap Penurunan Angka Pengangguran
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat 43.130 penduduk masih menganggur hingga Februari 2025, meskipun angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, didominasi pengangguran laki-laki di perkotaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali baru-baru ini merilis data yang menunjukkan bahwa sebanyak 43.130 penduduk Bali masih tercatat sebagai pengangguran hingga Februari 2025. Data ini diperoleh dari hasil survei BPS yang mencakup seluruh wilayah Bali. Meskipun angka ini terbilang tinggi, namun terdapat kabar baik, yaitu penurunan jumlah pengangguran jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan, menjelaskan bahwa dari total 2,69 juta angkatan kerja di Bali, terdapat 43.130 orang yang masih belum terserap di lapangan pekerjaan. "Dari total angkatan kerja, terdiri dari 2,69 juta orang sudah terserap di lapangan pekerjaan, yang belum bekerja atau pengangguran jumlahnya sebanyak 43,13 ribu orang," ungkap Agus Gede dalam konferensi pers di Denpasar, Senin lalu. Ia menambahkan bahwa angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan Februari 2024 (50.680 orang) dan Agustus 2024 (48.680 orang).
Meskipun angka pengangguran di Bali masih tergolong tinggi, BPS Bali melihat kondisi pasar kerja di Bali secara keseluruhan relatif positif. Agus Gede menekankan bahwa jika dibandingkan dengan angka pengangguran nasional, angka pengangguran di Bali jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Bali relatif lebih baik dibandingkan daerah lain di Indonesia. "Kalau angka pengangguran kita dibandingkan dengan nasional jauh lebih bagus, jauh lebih rendah, artinya penduduk yang terserap di lapangan pekerjaan di Bali jauh lebih banyak," ujarnya.
Analisis Data Pengangguran di Bali
Data BPS Bali menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di Bali pada Februari 2025 mencapai 3,54 juta orang, meningkat 29.260 orang dibandingkan Februari 2024. Dari jumlah tersebut, 2,74 juta orang tergolong sebagai angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan), meningkat 23.670 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian, hanya 43.130 orang dari total angkatan kerja yang berstatus pengangguran.
Lebih lanjut, analisis BPS menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka lebih tinggi pada laki-laki (1,74 persen) dibandingkan perempuan (1,39 persen). Agus Gede menjelaskan bahwa hal ini mungkin disebabkan karena secara umum, pencari kerja lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Dari sisi geografis, angka pengangguran di daerah perkotaan lebih rendah dibandingkan di daerah pedesaan, kemungkinan karena ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih beragam di perkotaan.
Sektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, dengan persentase 19,51 persen. Disusul oleh sektor pertanian (19,12 persen), industri pengolahan (15,89 persen), akomodasi dan makan minum (14,40 persen), dan konstruksi (6,91 persen). Namun, BPS juga mencatat penurunan penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor, seperti industri pengolahan (turun 8.720 orang), pendidikan (turun 1.730 orang), dan aktivitas keuangan dan asuransi (turun 460 orang).
Prospek Pasar Kerja di Bali
Meskipun terdapat penurunan jumlah pengangguran, BPS Bali tetap menekankan pentingnya upaya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, khususnya di sektor-sektor yang mengalami penurunan. Pemerintah daerah perlu memperhatikan tren ini dan merumuskan strategi untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Bali. Peningkatan keterampilan dan pendidikan vokasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan pasar kerja di masa depan.
Data BPS ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai kondisi pasar kerja di Bali. Informasi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan dan program untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Penting untuk terus memantau perkembangan angka pengangguran dan melakukan evaluasi terhadap efektivitas program-program yang telah diterapkan.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan tren positif dalam penyerapan tenaga kerja di Bali. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam mengurangi kesenjangan angka pengangguran antara laki-laki dan perempuan, serta antara daerah perkotaan dan pedesaan. Upaya berkelanjutan dari berbagai pihak diperlukan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Bali.