Banjir Bandarlampung: Upaya Berkesinambungan untuk Kota yang Lebih Tangguh
Banjir yang kerap melanda Bandarlampung mendorong upaya berkesinambungan dari pemerintah dan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini dan membangun kota yang lebih tangguh bencana.
Banjir yang melanda Kecamatan Panjang, Bandarlampung pada Senin, 21 April 2025, mengakibatkan kerugian materiil dan korban jiwa. Kejadian ini menjadi alarm atas pentingnya upaya berkesinambungan dalam mengatasi masalah banjir di kota tersebut. Banjir tersebut merupakan yang keempat kalinya terjadi sejak Januari 2025, dengan dampak yang semakin meluas dan korban jiwa yang meningkat. Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana upaya penanggulangan banjir di Bandarlampung dapat ditingkatkan agar kejadian serupa tidak terulang?
Berdasarkan data BPBD Lampung, banjir pada 17 Januari 2025 merendam 14.160 rumah dan menewaskan dua orang. Banjir berikutnya pada 21 Februari dan 2 Maret juga menimbulkan kerugian besar dan korban jiwa. Banjir pada 21 April 2025, yang merendam 2.391 kepala keluarga dan menewaskan tiga orang, menjadi bukti nyata betapa seriusnya permasalahan ini. Kejadian ini menuntut respons cepat dan solusi jangka panjang yang komprehensif.
Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kota Bandarlampung, dan berbagai pihak terkait telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Langkah-langkah tersebut meliputi perbaikan dan pembersihan saluran drainase, normalisasi dan pelebaran drainase di area pelabuhan, serta pembangunan embung di perbatasan Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Selain itu, bantuan kemanusiaan juga disalurkan kepada para korban terdampak.
Solusi Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Sebagai solusi jangka pendek, Pemprov Lampung fokus pada perbaikan dan pembersihan saluran drainase. Hal ini dilakukan untuk mengatasi genangan air secara cepat. Namun, Pemprov Lampung juga menekankan pentingnya pendekatan yang tidak lagi reaktif dan sektoral, melainkan berbasis kolaborasi antar instansi pemerintah dan pemerintah daerah. Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, memastikan langkah-langkah mitigasi risiko akan disiapkan bersama Pemerintah Kota Bandarlampung.
PT Pelindo Regional 2 Panjang turut berkontribusi dengan melakukan normalisasi dan pelebaran drainase di dalam dan luar area pelabuhan. Langkah ini menunjukkan komitmen sektor swasta dalam upaya penanggulangan banjir. Sementara itu, Polda Lampung mengerahkan personel untuk mendirikan posko kesehatan dan mengirimkan bantuan medis kepada para korban. Bantuan berupa sembako juga disalurkan oleh PT Semen Baturaja Tbk dan Baznas Provinsi Sumatera Selatan.
Wali Kota Bandarlampung, Eva Dwiana, menekankan percepatan pembangunan embung di perbatasan Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Proyek yang digagas bersama Kementerian PUPR ini bertujuan untuk mengurangi kiriman air dari daerah tersebut yang diduga menjadi salah satu penyebab banjir di Bandarlampung. Pembangunan embung ini merupakan bagian dari solusi jangka panjang yang lebih komprehensif.
Pentingnya Sinergi dan Perencanaan Lintas Sektor
Untuk mencegah terulangnya bencana banjir, sinergi dan komunikasi antar pemangku kepentingan sangat penting. Koordinasi yang baik akan mencegah saling menyalahkan dan memastikan respon yang efektif ketika musibah terjadi. Usulan dari berbagai pihak, termasuk pencinta lingkungan, ahli tata kota, dan legislator daerah, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Para ahli berpendapat bahwa banjir merupakan peringatan atas lemahnya infrastruktur pengendalian banjir dan dampak buruk eksploitasi lingkungan yang tidak terkendali. Solusi yang diusulkan meliputi pembersihan rutin saluran air, penutupan tambang ilegal, edukasi kebencanaan, dan peningkatan sistem informasi publik. Pemulihan yang inklusif, termasuk penyesuaian layanan pendidikan di kawasan terdampak, juga perlu diperhatikan.
Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Lampung, Yusnadi, mengingatkan pentingnya perencanaan lintas sektor untuk mencegah terulangnya banjir parah. Perencanaan ini harus mencakup perbaikan sistem drainase, penambahan ruang terbuka hijau, dan penataan tata ruang yang tidak mengorbankan fungsi aliran air. Keterlibatan warga kota dalam proses perencanaan juga sangat penting.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan Bandarlampung dapat terbebas dari bayang-bayang banjir dan menjadi kota yang tangguh, tertata, manusiawi, dan berpihak pada keselamatan warganya. Namun, kunci utama penanganan bencana adalah itikad politik yang baik dari para pemangku kepentingan untuk memberikan kesejahteraan bagi warga Bandarlampung.