Banjir Padang Lawas: 303 Jiwa Terdampak, Jembatan Rusak
Banjir di Padang Lawas, Sumatera Utara akibat meluapnya Sungai Batang Kumu telah menyebabkan 303 jiwa terdampak dan kerusakan fasilitas umum.
Banjir yang melanda Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, telah mengakibatkan 303 jiwa terdampak. Bencana yang terjadi akibat meluapnya Sungai Batang Kumu setelah hujan deras pada 16 hingga 17 Maret 2025 ini, telah menimbulkan kerugian dan keprihatinan di wilayah tersebut. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Sumatera Utara mencatat dampak signifikan dari banjir tersebut, terutama di lima desa yang tersebar di dua kecamatan.
Lima desa yang terdampak banjir tersebut berada di Kecamatan Hutaraja Tinggi dan Kecamatan Aek Nabara Barumun. Di Kecamatan Hutaraja Tinggi, empat desa terdampak yaitu Desa Ujung Batu 1, Desa Ujung Batu 2, Desa Ujung Batu 3, dan Desa Ujung Batu 4. Sementara itu, di Kecamatan Aek Nabara Barumun, Desa Parantonga Tonga turut terdampak banjir. Jumlah penduduk yang terdampak bervariasi di setiap desa, dengan Desa Ujung Batu 3 mengalami dampak terbesar.
Beruntung, berdasarkan laporan Pusdalops PB Sumut, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka dalam peristiwa ini. Meskipun demikian, dampak banjir terhadap kehidupan masyarakat cukup signifikan, terutama bagi 85 jiwa yang terpaksa mengungsi dari 20 kepala keluarga. Selain dampak pada penduduk, banjir juga menyebabkan kerusakan infrastruktur penting, seperti jembatan yang vital bagi akses jalan usaha tani dan mobilitas warga.
Dampak Banjir di Lima Desa Padang Lawas
Data yang diperoleh dari Pusdalops PB Sumut menunjukkan distribusi dampak banjir yang tidak merata di lima desa tersebut. Desa Ujung Batu 3 menjadi desa yang paling terdampak dengan 120 jiwa dari 30 kepala keluarga yang terdampak. Kemudian, Desa Ujung Batu 1 mencatat 50 jiwa (11 KK), Desa Ujung Batu 2 sebanyak 32 jiwa (8 KK), dan Desa Ujung Batu 4 sebanyak 16 jiwa (4 KK). Sementara itu, Desa Parantonga Tonga di Kecamatan Aek Nabara Barumun mencatat 85 jiwa (20 KK) terdampak banjir.
Jumlah pengungsi yang tercatat mencapai 85 jiwa dari 20 kepala keluarga. Mereka membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan dasar selama masa pengungsian. Kondisi ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan respon cepat dalam menghadapi bencana alam seperti banjir.
Kerusakan infrastruktur juga menjadi perhatian serius. Banjir mengakibatkan kerusakan pada Jembatan Aek Sipolding di ruas jalan usaha tani Desa Pagaran Dolok Sosa Jae dan Jembatan Jalan Poros Desa Ujung Batu 5. Kerusakan ini tentunya akan mengganggu aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat di wilayah tersebut.
Upaya Penanganan Bencana Banjir
Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, menjelaskan bahwa data yang disampaikan masih bersifat sementara. Namun, berbagai upaya penanganan telah dilakukan oleh pemangku kebijakan terkait.
"BPBD setempat telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk membuka dapur umum, pos kesehatan, dan pos pengungsi yang melibatkan pemangku kebijakan terkait," ujar Yuyun, sapaan akrab Sri Wahyuni Pancasilawati. Hal ini menunjukkan adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antar lembaga dalam penanggulangan bencana.
Kondisi banjir di Desa-desa di Kecamatan Hutaraja Tinggi dan Desa Parantonga Tonga, Kecamatan Aek Nabara, dilaporkan sudah mulai surut. Proses penanganan pascabanjir terus dilakukan untuk memulihkan kondisi dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak.
Meskipun situasi sudah mulai membaik, kewaspadaan tetap diperlukan. Pencegahan dan mitigasi bencana perlu ditingkatkan untuk meminimalisir dampak kerugian di masa mendatang. Perbaikan infrastruktur yang rusak juga menjadi prioritas agar aktivitas masyarakat dapat kembali normal.