Bank Emas: Tambah Rp245 Triliun ke PDB Indonesia?
Layanan bank emas diproyeksikan meningkatkan PDB Indonesia hingga Rp245 triliun melalui monetisasi emas masyarakat dan pengembangan produk turunannya, membuka lapangan kerja baru.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjelaskan potensi layanan bank emas untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga Rp245 triliun. Direktur Utama BRI, Sunarso, memaparkan dua alasan utama di Jakarta pada Jumat, 28 Februari 2024. Hal ini terkait dengan potensi besar emas masyarakat yang belum tercatat dalam sistem keuangan formal dan pemanfaatan cadangan emas untuk produksi produk turunan. Pemerintah mendorong masyarakat untuk menyimpan emas di bank emas agar dapat dimonetisasi untuk pembangunan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan impor emas.
Inisiatif ini mendapat dukungan dari Presiden RI Prabowo Subianto yang meresmikan layanan bank emas Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) pada Rabu, 26 Februari 2024. Presiden menekankan pentingnya memperbaiki ekosistem untuk memanfaatkan cadangan emas Indonesia yang terus meningkat, sekaligus meningkatkan PDB dan menciptakan lapangan kerja baru. BRI, sebagai induk Holding UMi, memfasilitasi transaksi bank emas melalui BRImo dan Pegadaian.
Dengan adanya layanan ini, diharapkan dapat menyerap 1,8 juta tenaga kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. BRI sendiri telah meluncurkan fitur investasi emas di aplikasi BRImo sejak Februari 2024, mencatat transaksi hingga Rp279,8 miliar hingga Desember 2024. Keberhasilan program ini bergantung pada partisipasi aktif masyarakat dalam memanfaatkan layanan bank emas dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem yang kondusif.
Monetisasi Emas Masyarakat dan Likuiditas Pembangunan
Sunarso menjelaskan bahwa sekitar 1.800 ton emas dimiliki masyarakat Indonesia namun berada di luar sistem keuangan formal. Pemerintah berupaya menarik emas tersebut ke dalam sistem perbankan untuk dimonetisasi. "Maka kemudian, laju pertumbuhan ekonomi, laju pembangunan ekonomi bisa dipacu dengan adanya tambahan likuiditas pembangunan yang berasal dari monetisasi emas," jelas Sunarso. Proses ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pembangunan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Dengan masuknya emas ke dalam sistem keuangan formal, pemerintah dapat mengelola aset tersebut untuk berbagai proyek pembangunan. Hal ini akan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Transparansi dan keamanan dalam penyimpanan emas di bank juga menjadi faktor penting untuk mendorong partisipasi masyarakat.
Program ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah juga perlu memastikan regulasi yang jelas dan transparan untuk mendukung program ini.
Pengembangan Produk Turunan Emas dan Pengurangan Impor
Alasan kedua yang dikemukakan Sunarso adalah pemanfaatan cadangan emas untuk produksi produk turunan. Dengan memproduksi produk turunan emas di dalam negeri, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah emas dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku emas. Hal ini akan mengurangi defisit neraca perdagangan dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional.
Produksi produk turunan emas juga akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemerintah perlu mendukung pengembangan industri pengolahan emas di dalam negeri dengan memberikan insentif dan pelatihan kepada tenaga kerja. Peningkatan kualitas SDM juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini.
Selain itu, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi dan inovasi dalam pengolahan emas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan daya saing industri pengolahan emas Indonesia di pasar global.
Dengan adanya program bank emas ini, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku emas dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimilikinya. Hal ini akan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Presiden Prabowo Subianto juga mencatat peningkatan produksi emas Indonesia dari 100 ton menjadi 160 ton per tahun. Ini menunjukkan potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PDB dan menciptakan lapangan kerja. Keberhasilan program ini bergantung pada kerjasama berbagai pihak dan dukungan dari masyarakat.