Bapanas Dorong Pola Makan B2SA untuk Optimalkan Gizi Remaja Indonesia
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya pola makan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) bagi remaja Indonesia untuk mencegah malnutrisi dan meningkatkan daya saing.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa penerapan pola makan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) sangat penting untuk memastikan generasi muda Indonesia, khususnya remaja, mendapatkan asupan gizi optimal. Hal ini disampaikan dalam Webinar Nutrisi Tepat untuk Generasi Hebat yang diselenggarakan oleh Direktorat SMP Kemendikdasmen pada Jumat lalu di Jakarta. Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas, Rinna Syawal, menekankan perlunya perubahan pola pikir dari sekadar makan kenyang menjadi makan bergizi untuk mendukung generasi penerus bangsa yang sehat dan berdaya saing.
Webinar tersebut menyoroti masalah rendahnya konsumsi sayur dan buah di Indonesia, termasuk di kalangan remaja, yang masih jauh di bawah standar WHO (400-600 gram per hari). Sebaliknya, konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) justru tinggi. Kondisi ini, menurut Bapanas, meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan anemia pada generasi muda. Data Bapanas tahun 2024 menunjukkan fakta ini, menggambarkan tantangan nyata dalam pemenuhan gizi remaja Indonesia.
Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2024, 20,74 persen remaja putri di Indonesia menderita anemia. Direktur SMP Kemendikdasmen, Maulani Mega Hapsari, menekankan pentingnya gizi seimbang sejak dini untuk membentuk generasi muda yang produktif dan berkontribusi bagi negara. "Generasi Z yang sekarang masih duduk di bangku SMP, kelak yang akan memimpin negara kita. Bagaimana mereka bisa menjadi anak produktif dan memberi sumbangsih bagi negara jika malnutrisi dan tidak disupport dengan asupan gizi memadai sedari sekarang," ujarnya.
Menuju Pola Makan B2SA: Solusi Gizi Remaja
Bapanas mendorong diversifikasi pangan sebagai solusi untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi sayur dan buah. Indonesia memiliki kekayaan sumber karbohidrat lokal, lebih dari 77 jenis, termasuk sagu, jagung, ubi, dan sukun. Selain itu, terdapat 228 jenis sayur dan 389 jenis buah yang dapat memberikan nutrisi beragam. Rinna Syawal menjelaskan bahwa keberagaman konsumsi pangan tidak hanya meningkatkan nilai gizi, tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional.
Bapanas juga menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah dalam membentuk kebiasaan pola konsumsi pangan yang baik. Program B2SA Goes to School merupakan salah satu upaya edukasi kepada pelajar tentang pentingnya pola makan B2SA. Dengan pendekatan kreatif dan kolaborasi aktif, diharapkan semakin banyak remaja yang menerapkan pola makan B2SA.
Webinar ini diikuti oleh Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Kepala Dinas Pendidikan kabupaten/kota, dan guru SMP se-Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah gizi remaja secara komprehensif.
Tantangan dan Solusi:
- Rendahnya konsumsi sayur dan buah, serta tingginya konsumsi GGL.
- Tingginya angka anemia pada remaja putri.
- Ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama.
Langkah-langkah yang Diambil:
- Peningkatan edukasi tentang pola makan B2SA melalui program-program seperti B2SA Goes to School.
- Penguatan sinergi antara sekolah, keluarga, dan pemerintah.
- Pendorongan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya lokal.
Penerapan pola makan B2SA merupakan investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, aktif, dan berdaya saing. Dengan komitmen dan kolaborasi semua pihak, diharapkan masalah gizi remaja dapat diatasi secara efektif.